NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=

MASIGNCLEANLITE104

Kesalehan Muslim Itu Individu dan Sosial

MEDIA AN NUUR─Kata saleh tentu sudah sangat akrab di telinga kita. Istilah ini sering muncul dalam berbagai kesempatan, terutama dalam doa-doa, seperti ketika seseorang menikah dan didoakan agar kelak dikaruniai keturunan yang saleh. Kesalehan menjadi harapan yang luhur bagi setiap keluarga muslim.

Bahkan dalam lirik lagu Tombo Ati, disebutkan bahwa salah satu obat hati adalah berkumpul dengan orang-orang saleh. Ini menunjukkan bahwa keberadaan orang-orang saleh di sekitar kita sangat besar pengaruhnya dalam memperbaiki dan menenangkan hati.

Lalu, siapakah orang yang disebut saleh itu? Orang yang saleh adalah mereka yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka menjalankan perintah-perintah agama dengan penuh kesungguhan dan menjauhi larangan-Nya. Kesalehan bukan hanya tampak dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam perilaku sehari-hari.

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّـٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَـٰٓئِكَ رَفِيقًۭا

Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa: 69)

Kesalehan mendapatkan tempat yang tinggi dan mulia di sisi Allah. Ketaatan akan mengantarkan seseorang untuk bersama dengan golongan terbaik di akhirat kelak. Disebutkan pada ayat di atas, yakni bersama para para nabi, para shiddiqin, dan orang-orang yang mati syahid.

Wiwaha Aji Santosa
Ustaz Wiwaha menyampaikan bahwa saleh itu bersifat individu dan sosial

Kedudukan yang tinggi tentu tak datang tanpa ujian. Kesalehan yang membawa derajat mulia juga pasti disertai dengan berbagai godaan dan tantangan yang besar. Semakin tinggi derajat seseorang di sisi Allah, semakin besar pula ujian yang akan dihadapinya, agar terbukti keteguhan dan keikhlasannya dalam menjalani hidup sesuai syariat.

Allah telah menunjukkan dua jalan bagi manusia: jalan yang lurus yang berujung pada pahala dan kemuliaan di akhirat, serta jalan kesesatan yang berakhir pada siksa dan penyesalan. Manusia diberi kebebasan untuk memilih, dan Allah tidak memaksa siapa pun untuk berjalan pada satu jalur. Namun, Dia menjelaskan dengan terang apa konsekuensi dari setiap pilihan.

Dalam tafsirnya, Imam Al-Baidhawi menjelaskan bahwa orang saleh adalah mereka yang menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepada Allah dan menggunakan hartanya di jalan-Nya. Dengan kata lain, kesalehan mencakup ibadah fisik dan seluruh aspek kehidupan, baik waktu, tenaga, maupun harta yang digunakan sepenuhnya untuk mencari rida Allah.

Kesalehan sejati bukan hanya tentang hubungan vertikal antara seorang hamba dengan Allah, tetapi juga tentang bagaimana ia berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Seorang yang benar-benar saleh akan memperhatikan lingkungan sosialnya, turut berkontribusi dalam kebaikan bersama, dan peduli terhadap kondisi orang lain.

Namun demikian, kesalehan dalam bermasyarakat harus tetap didasarkan pada niat karena Allah semata (lillahi taala), bukan karena ingin dipuji atau berharap balasan dari manusia. Ketulusan inilah yang menjadi pembeda antara amal yang berpahala dengan sekadar aksi sosial biasa.

Ambil contoh, ketika masyarakat mengadakan kerja bakti untuk membersihkan semak-semak liar agar tidak menjadi sarang nyamuk, semua pekarangan dibersihkan bersama. Namun, karena ada satu pemilik pekarangan yang dikenal tidak suka bergaul, maka pekarangannya dibiarkan saja.

Akibatnya, semak di tempat itu tetap tumbuh, menjadi sarang nyamuk, dan nyamuk-nyamuk itu tidak hanya menyerang pemilik pekarangan, tetapi juga seluruh warga sekitar. Ini menjadi pelajaran bahwa mengabaikan satu titik keburukan dalam masyarakat bisa berakibat pada kerusakan bersama.

Maka, orang saleh harus tetap peduli dan berbuat baik kepada siapa pun, meski kepada orang yang tidak bersikap baik kepadanya. Semua dilakukan karena Allah semata. Bahkan, ketika tidak mendapat ucapan terima kasih pun, bagi orang saleh tidak jadi masalah.

Penegasan penting dari Syekh Wahbah Az-Zuhayli, bahwa orang yang saleh bukanlah sosok yang sepenuhnya bersih dari dosa. Manusia tetap memiliki kelemahan dan berpeluang tergelincir dalam kesalahan.

Namun, yang membedakan orang saleh adalah bahwa kebaikan dalam dirinya lebih dominan daripada keburukannya. Ia senantiasa berusaha memperbaiki diri, bertobat jika keliru, dan tidak berhenti menebar manfaat bagi sesama.

Seorang muslim hendaklah terus memupuk semangat untuk tidak putus asa dalam meraih kesalehan. Tidak perlu menunggu sempurna untuk menjadi saleh, tetapi terus berusaha istikamah dalam kebaikan dan menjadikan setiap aktivitas kehidupan bernilai ibadah.

Pengajian Ahad Pagi PCM Weru di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kalisige pada 22 Juni 2025 yang disampaikan oleh Ustaz H. Wiwaha Aji Santosa, S.Pd. (PDM Sukoharjo)

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

Click here for comments 1 comments:

2907636960708278822