NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=

MASIGNCLEANLITE104

Bid’ah dan Perkara yang Diada-adakan

MEDIA AN NUUR─Agama Islam telah sempurna dengan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Segala perkara yang dibutuhkan umat dalam urusan akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah telah dijelaskan dengan terang.

Karena itu, Rasulullah Saw. dengan tegas memperingatkan umatnya agar tidak menambah-nambahi ajaran agama. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ في أَمرِنا هذا ما لَيْسَ منه فَهو رَدٌّ

Barang siapa mengada-adakan sesuatu dalam urusan (agama) kami ini yang tidak termasuk darinya, maka itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalan itu tertolak.” (HR. Muslim)

Hadis ini menjadi prinsip utama dalam menjaga kemurnian agama. Mengajarkan bahwa setiap amalan dalam agama yang tidak memiliki dasar dari syariat adalah amalan yang tertolak, meskipun nampak baik di mata manusia.

Maka menjadi kewajiban bagi setiap Muslim untuk berhati-hati dalam beragama, tidak mudah menerima amalan baru tanpa landasan yang sahih dari Al-Qur’an dan sunnah. Jangan menambah atau mengurangi, meski niatnya baik.

Ust Amirul Hikam
Ustaz Amirul Hikam mengulas tentang bid'ah

Ibadah-ibadah dalam Islam sudah begitu jelas tuntunannya, dari salat, puasa, zakat, hingga haji. Bahkan setiap gerakan dan bacaan dalam salat pun telah diajarkan langsung oleh Rasulullah Saw., secara rinci.

Namun, kenyataannya, dalam mengamalkan yang sudah jelas saja, kita masih sering keliru, lalai, atau belum sempurna. Maka tidaklah bijak jika seseorang justru menambah-nambahi bentuk ibadah baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Saw.

Apalagi Allah dan Rasul-Nya telah memperingatkan bahwa setiap amalan yang tidak bersumber dari ajaran beliau, maka itu tertolak. Lebih baik kita fokus memperbaiki amalan yang sudah ada, daripada menciptakan hal-hal baru dalam agama yang justru bisa menjerumuskan kita pada kebid’ahan.

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَـٰمَ دِينٗا

Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku atasmu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Ma'idah: 3)

خَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan (dalam agama). Setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Muslim)

Perkara-perkara baru itu terutama dalam urusan ibadah yang tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an maupun sunnah. Dan yang paling berbahaya adalah jika seseorang membuat amalan baru dalam ibadah lalu menganggapnya bagian dari agama, padahal tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah.

Seburuk-buruknya perkara dalam agama bukanlah kekurangan ibadah, tapi mengada-adakan bentuk ibadah baru yang seakan-akan lebih baik dari ajaran Nabi. Padahal, ibadah yang sedikit tapi sahih lebih baik daripada yang banyak namun tidak sesuai sunnah.

Kajian Malam Sabtu di Gedung Dakwah Muhammadiyah Weru, pada 20 Juni 2025. Mengkaji Kitab Riyadhus Shalihin bersama Ustaz Amirul Hikam, S.Pd.I.

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822