NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=

MASIGNCLEANLITE104

Ikhlas dalam Beramal

MEDIA AN NUUR─Seorang mukmin berikrar untuk memurnikan amalannya semata-mata demi meraih rida Allah. Dua fondasi utama dalam melaksanakannya ialah meneladani Nabi ï·º dan beramal dengan ikhlas karena Allah semata.

Allah mengutus Rasulullah ï·º untuk mengajarkan umat cara beribadah yang benar. Dalam Al-Qur’an, Allah hanya memerintahkan agar kita menegakkan salat, namun tata caranya dijelaskan melalui contoh dan ajaran Nabi.

Selain mencontoh Nabi ï·º, amal juga harus disertai keikhlasan. Tanpa ikhlas, amal tak bernilai di sisi Allah. Iblis sendiri bertekad menyesatkan manusia, kecuali hamba-hamba Allah yang mukhlis (ikhlas), sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

Ø¥ِÙ„َّا عِبَادَÙƒَ Ù…ِÙ†ْÙ‡ُÙ…ُ الْÙ…ُØ®ْÙ„َصِينَ

Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (QS. Sad: 83)

Ustaz Fauzan
Ustaz Fauzan mengingatkan tentang keikhlasan dalam beramal

Agama Islam berdiri di atas dua pilar utama: perintah dan larangan. Namun di antara keduanya ada perkara mubah (netral), yang tidak termasuk wajib maupun haram. Hal-hal mubah ini bisa menjadi bernilai ibadah jika digunakan untuk ketaatan, tetapi bisa pula menjadi dosa jika digunakan untuk kemungkaran.

Misalnya, motor, alat yang mubah pada asalnya. Dapat menjadi sarana kebaikan ketika dipakai untuk berangkat ke masjid atau membantu orang lain, namun bisa menjadi keburukan jika digunakan untuk maksiat.

Terkait keikhlasan, kita ingat kisah Julaibib, seorang sahabat Nabi ï·º yang miskin dan tidak dikenal. Suatu hari Rasulullah ï·º meminangkan seorang gadis dari keluarga Anshar untuknya.

Awalnya, orang tua gadis itu ragu karena Julaibib bukan dari kalangan terpandang. Namun sang gadis yang salihah berkata, “Apakah kalian hendak menolak perintah Rasulullah ï·º?” Dengan penuh keikhlasan, ia menerima lamaran Julaibib semata karena ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Tak lama setelah menikah, Julaibib gugur dalam perang sebagai syahid. Rasulullah ï·º sendiri yang memakamkannya. Kisah ini menjadi teladan bahwa keikhlasan dalam menaati Allah, meski berat di awal, akan selalu berbuah kemuliaan di sisi-Nya.

Ikhlas adalah anugerah terbesar setelah iman. Dengan ikhlas, seseorang akan tulus dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Ia beramal bukan karena ingin dipuji, tetapi karena cinta kepada Allah. Ketulusan itu terpancar nyata dalam sikap dan perilakunya, hingga orang lain pun dapat merasakan kehangatan dan kejujuran dari hatinya.

Pengajian warga Sidowayah RT 01 RW 06 di rumah Bapak Wakhid Syamsudin-Ibu Sabtiyaningsih, pada 16 Oktober 2025, bersama Ustaz Fauzan Abu Darda (asatiz Ma’had Ittiba’us Sunnah Tawang, Weru)

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822