NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=

MASIGNCLEANLITE104

Bersiap Menghadapi Kematian

MEDIA AN NUUR─Salah satu pembahasan dalam buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah jilid 1 adalah tentang persiapan menghadapi kematian, yang menekankan pentingnya setiap Muslim mempersiapkan diri dengan amal saleh, memperbanyak tobat, dan menata kehidupan sesuai tuntunan syariat agar saat ajal tiba, seseorang dalam keadaan husnul khatimah.

Kematian Begitu Dekat

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran: 102)

Ayat ini jadi pembuka pembahasan tentang persiapan menghadapi kematian, karena Allah memerintahkan agar seorang mukmin senantiasa menjaga keimanan dan ketakwaan hingga akhir hayat.

Imam Ghazali bertanya kepada para murid-muridnya, “Menurut kalian, apa yang paling dekat dengan kita?” Masing-masing murid memberikan jawaban berbeda. Ada yang mengatakan orang tua, teman, atau rumah. Lalu Imam Ghazali menjelaskan, “Yang paling dekat dengan kita adalah kematian, karena kematianlah yang pasti datang dan tidak bisa dihindari.

Setiap manusia pasti akan mengalaminya dan tidak ada sesuatu pun yang lebih pasti serta lebih dekat daripada kematian itu sendiri. Maka, seseorang yang berakal semestinya selalu bersiap diri, memperbaiki amal, dan tidak menunda taubat, sebab ajal bisa datang kapan saja tanpa tanda-tanda terlebih dahulu.

Ketika Sakit Bersabar

Di antara bentuk persiapan menghadapi kematian adalah bersabar ketika ditimpa sakit. Saat tubuh melemah dan rasa nyeri datang, seorang mukmin diajak untuk mengingat bahwa sakit bukan sekadar ujian, tetapi juga kesempatan untuk membersihkan diri dari dosa dan menyiapkan hati menghadapi perjumpaan dengan Allah.

Persiapan kematian
Kita hendaklah menyiapkan diri menyongsong kematian

Nabi ﷺ bersabda bahwa tidaklah seorang Muslim tertimpa penyakit, kelelahan, kesedihan, atau bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah menghapus sebagian dosa-dosanya karenanya. Karena itu, kesabaran dalam sakit merupakan awal dari kesiapan menghadapi kematian, tanda penerimaan terhadap takdir, dan bukti keimanan yang tulus kepada Allah.

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah seorang Muslim tertimpa kelelahan, penyakit, kesedihan, kesusahan, gangguan, atau kegundahan (bahkan duri yang menusuknya), melainkan Allah akan menghapus sebagian dosa-dosanya karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menjenguk Orang Sakit

Bila ada seorang Muslim yang sakit, maka umat Islam sekitarnya berkewajiban menjenguknya. Bahkan ini termasuk lima hak sesama Muslim sebagai kewajiban sosial (fardhu kifayah) bagi kaum Muslimin.

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ: رَدُّ السَّلَامِ، وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ، وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ، وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ، وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ

Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada lima: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menjenguk orang sakit juga termasuk bagian dari persiapan menghadapi kematian. Kita diingatkan bahwa sehat hanyalah sementara dan setiap manusia akan merasakan sakit serta kematian. Kunjungan itu menumbuhkan empati, menguatkan ukhuwah, dan mengingatkan agar selalu siap menyambut ajal dengan amal saleh.

Husnuzan pada Kematian

Di antara persiapan menghadapi kematian adalah berhusnuzan kepada Allah saat ajal menjemput. Seorang mukmin hendaknya meyakini bahwa Allah Maha Pengasih dan akan mengampuni dosa-dosanya.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim). Husnuzan ini menenangkan hati di saat-saat akhir, menumbuhkan harapan akan rahmat-Nya, dan menjadi tanda keimanan yang kuat menjelang kematian.

Kematian Sesuai Kebiasaan Hidup

Orang yang meninggal biasanya akan wafat dalam keadaan sesuai dengan kebiasaannya semasa hidup. Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap orang akan dimatikan sesuai dengan kebiasaannya.” (HR. Muslim). Karena itu, siapa yang terbiasa berbuat baik, berdzikir, dan taat kepada Allah, maka ia berpeluang besar meninggal dalam keadaan baik (husnul khatimah).

Sebaliknya, siapa yang terbiasa lalai dan berbuat maksiat, dikhawatirkan akan meninggal dalam keadaan buruk. Maka, membiasakan amal saleh sejak hidup adalah bentuk nyata persiapan menuju kematian yang diridai Allah.

Talqin yang Akan Meninggal

Di antara bentuk perhatian kepada orang yang sedang menghadapi sakaratul maut adalah mentalqinkan atau menuntunnya agar mengucapkan kalimat laa ilaha illallaah.

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ

Talqinkanlah kepada orang yang akan meninggal di antara kalian kalimat laa ilaha illallaah.” (HR. Muslim)

Tujuan talqin bukan untuk memaksa, tetapi membantu orang yang sekarat agar akhir ucapannya adalah kalimat tauhid. Jika seseorang menutup hidupnya dengan ucapan itu, maka insyaallah ia termasuk orang yang memperoleh husnul khatimah.

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barang siapa akhir ucapannya laa ilaha illallaah, maka ia akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud).

Biasakan Zikir Semasa Hidup

Membiasakan diri melafalkan kalimat laa ilaha illallaah adalah amalan yang sangat dianjurkan, karena siapa yang terbiasa berzikir dengan kalimat tauhid semasa hidupnya, insyaallah akan dimudahkan mengucapkannya saat ajal tiba.

Dengan sering melafalkan tahlil, hati menjadi lembut, lisan terbiasa dengan zikir, dan iman semakin kuat. Maka, membiasakan kalimat tauhid bukan hanya ibadah lisan, tetapi juga latihan hati agar senantiasa ingat kepada Allah, sehingga ketika kematian datang, ucapan itu keluar dengan mudah dan menjadi penutup yang baik, husnul khatimah.

Pengajian Ahad Pagi, 12 Oktober 2025 di Masjid Al Hidayah Sangen bersama Ustaz Budi Aditya Wardana, S.Pd.I., M.Pd. (Majelis Tabligh PDM Gunungkidul)

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822