NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=

MASIGNCLEANLITE104

Mengenal Keutamaan Abu Bakar As Shidiq

MEDIA AN NUUR─Setelah wafatnya Rasulullah, Abu Bakar diangkat sebagai khalifah pertama umat Islam. Kepemimpinannya berlangsung dari tahun 11 hingga 13 Hijriyah. Dalam masa singkat itu, beliau berhasil menjaga persatuan umat, menumpas pemberontakan, serta memulai langkah besar dalam pengumpulan mushaf Al-Qur’an.

Abu Bakar As Shidiq adalah salah satu sahabat Rasulullah yang paling mulia dan istimewa. Beliau lahir dengan nama asli Abdullah bin Abi Quhafah. Sejak awal dakwah Islam, Abu Bakar selalu berada di sisi Rasulullah dengan penuh keimanan dan keteguhan hati.

Beliau mendapat julukan Al-Atiq, yang berarti orang yang dibebaskan dari neraka. Julukan ini menunjukkan jaminan keselamatan dari Allah berkat ketakwaannya. Selain itu, Abu Bakar juga dikenal dengan gelar As-Shidiq, karena senantiasa membenarkan ucapan Rasulullah tanpa keraguan sedikit pun.

Ketika Rasulullah menyampaikan berita Isra Mikraj, banyak orang yang meragukannya, bahkan beberapa kaum muslimin seolah tak percaya, namun Abu Bakar dengan tegas berkata bahwa jika ucapan itu datang dari Rasulullah, maka pasti benar.

Pak Fauzan
Ustaz Fauzan kisahkan keutamaan Abu Bakar As Shidiq

Sebelumnya, Nabi sudah berkata kepada Malaikat Jibril, “Kalau aku ceritakan perjalanan ini, niscaya mereka tidak akan mempercayaiku.” Lalu Jibril menjawab, “Akan tetapi Abu Bakar akan membenarkanmu.” Dari sinilah beliau dikenal dengan gelar As-Shidiq.

Abu Bakar As Shidiq memiliki banyak kisah yang menunjukkan ketulusan cintanya kepada Rasulullah. Salah satunya terjadi ketika beliau rela digigit kalajengking di gua demi melindungi Nabi. Dengan penuh kesabaran, ia menahan rasa sakit agar binatang itu tidak sampai mengganggu Rasulullah yang sedang beristirahat.

Setibanya di Madinah saat hijrah, Abu Bakar kembali memperlihatkan pengorbanannya. Ia melindungi Nabi dari teriknya sinar matahari dengan tubuhnya, agar beliau tetap nyaman dalam perjalanan. Semua itu dilakukan karena kecintaan dan penghormatan yang begitu besar kepada Rasulullah.

Pada peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, banyak sahabat merasa berat menerima isi perjanjian yang tampak merugikan umat Islam. Namun Abu Bakar tetap tenang dan menerima keputusan tersebut. Baginya, apa pun yang diputuskan Rasulullah pasti mengandung hikmah besar dan kebaikan, meskipun sulit dipahami saat itu.

Ketika Rasulullah wafat, banyak sahabat yang tidak mampu menerima kenyataan itu. Umar bin Khattab bahkan menolak kabar tersebut dengan penuh emosi. Namun Abu Bakar tampil dengan keteguhan hatinya. Beliau meyakini bahwa Nabi memang telah meninggal dunia, sebab beliau hanyalah seorang hamba yang pasti akan kembali kepada Allah.

Dengan penuh ketenangan, Abu Bakar mengingatkan kaum muslimin dengan firman Allah: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul; sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?” (Ali Imran: 144).

Ucapan itu meneguhkan hati para sahabat dan menyadarkan mereka bahwa Islam tetap harus ditegakkan meski Rasulullah telah wafat. Meski Rasulullah telah wafat, Abu Bakar tetap mematuhi segala aturan dan keputusan yang telah Nabi tetapkan.

Ketika kaum muslimin sepakat mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah pertama, ia merasa dirinya tidak layak memikul amanah sebesar itu. Ia menyampaikan di hadapan umat bahwa dirinya bukanlah yang terbaik di antara mereka, hanya saja ia diberi tanggung jawab untuk memimpin.

Abu Bakar pun berpesan agar umat Islam senantiasa menegurnya bila melakukan kesalahan, dan mendukungnya selama berada di jalan yang benar. Kerendahan hati ini menunjukkan betapa besar rasa takutnya kepada Allah, sekaligus kecintaan kepada umat.

Meski Rasulullah telah tiada, Abu Bakar tetap berpegang teguh pada keputusan dan arahan yang pernah Nabi sampaikan. Salah satunya adalah ketika banyak sahabat ragu melanjutkan pasukan Usamah bin Zaid yang telah ditunjuk langsung oleh Rasulullah sebelum wafatnya.

Dengan tegas Abu Bakar berkata bahwa ia tidak akan membatalkan keputusan yang sudah ditetapkan Nabi. Pasukan itu pun tetap diberangkatkan, dan keberangkatannya menjadi bukti nyata keteguhan Abu Bakar dalam menjaga warisan kepemimpinan Rasulullah.

Pengajian warga Sidowayah RT 01 RW 06 di rumah Bapak Sutrimo-Ibu Sri Supatmi pada 4 September 2025, bersama Ustaz Fauzan Abu Darda (asatiz Ma’had Ittiba’us Sunnah Tawang, Weru)

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822