NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=

MASIGNCLEANLITE104

Merdeka dari Penjajahan Iblis

MEDIA AN NUUR─Bulan Agustus lalu, kita peringati kemerdekaan. Sayangnya, dinodai demo anarkis bahkan menjarah barang yang bukan haknya. Penguasa pun tidak bisa dibenarkan ketika membuat aturan yang meresahkan masyarakat, yang memantik kemarahan massal.

Korupsi kini seakan telah merajalela di negeri ini. Ia bukan hanya persoalan besar yang terjadi di kalangan pejabat tinggi, tetapi sudah menjadi watak buruk sebagian manusia di berbagai lapisan. Apalagi ketika ada kegiatan atau proyek, peluang korupsi seolah terbuka lebar dan dianggap biasa.

Lebih menyedihkan lagi, praktik semacam ini tidak hanya ada di tingkat elite, melainkan juga sudah membudaya di kalangan masyarakat kecil. Bentuknya bisa beragam, dari yang tampak besar hingga yang sering dianggap sepele. Padahal hakikatnya, apa pun yang diambil dari sesuatu yang bukan milik kita adalah korupsi, meski kecil sekalipun.

Didik Efendi, S.T.
Ustaz Didik Efendi mengajak memerdekakan diri dari godaan Iblis

Indonesia memang telah merdeka dari penjajahan asing sejak 1945, namun hingga kini belum sepenuhnya merdeka dari ricuhnya permasalahan yang kompleks. Korupsi, kemiskinan, ketidakadilan, dan berbagai persoalan sosial lainnya masih menghantui kehidupan bangsa.

Kemerdekaan yang diperoleh dengan pengorbanan darah dan air mata seharusnya menjadi jalan menuju kesejahteraan rakyat. Akan tetapi, realitas menunjukkan bahwa perjuangan membebaskan negeri ini dari belenggu masalah internal jauh lebih berat dibanding melawan penjajah dahulu.

Bagi seorang muslim, kemerdekaan sejati bukan hanya terbebas dari penjajahan manusia, tetapi juga dari belenggu hawa nafsu dan tipu daya iblis. Sebab, iblis tidak pernah berhenti berusaha menjajah manusia dengan rayuan dan godaannya.

Tujuannya jelas, agar manusia tergelincir ke dalam dosa dan akhirnya menjadi penghuni neraka. Karena itu, meski kita hidup di negeri merdeka, setiap muslim tetap harus berhati-hati menjaga diri, senantiasa mendekat kepada Allah, dan memperkuat iman agar tidak jatuh dalam jebakan musuh abadi tersebut.

Sejak sebelum kita membuka mata di pagi hari, iblis sudah berusaha menjerat manusia. Rasulullah bersabda bahwa setan mengikat tiga simpul di tengkuk seseorang ketika ia tidur. Jika ia bangun lalu berzikir kepada Allah, satu simpul terlepas; jika ia berwudhu, simpul berikutnya terlepas; dan jika ia melaksanakan salat, simpul terakhir pun terlepas sehingga ia bersemangat dan hatinya tenang.

Namun bila ia tidak melakukannya, maka ia bangun dalam keadaan malas dan buruk jiwanya. Dalam riwayat lain disebutkan, orang yang tidak bangun salat malam atau salat Subuh, telinganya telah dikencingi setan. Inilah bentuk nyata penjajahan iblis terhadap manusia, bahkan sejak awal hari, agar kita jauh dari ketaatan kepada Allah.

Allah tidak diam pada penjajahan ini. Siapa yang benar-benar ingin merdeka, hendaklah mengikuti petunjuk Nabi dan berpegang pada cahaya Al-Qur’an. Sebab dengan itulah seorang muslim akan terbebas dari penjajahan iblis, meraih keberuntungan, dan mencapai kemerdekaan yang hakiki.

ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِيَّ ٱلۡأُمِّيَّ ٱلَّذِي يَجِدُونَهُۥ مَكۡتُوبٗا عِندَهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ يَأۡمُرُهُم بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَىٰهُمۡ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنۡهُمۡ إِصۡرَهُمۡ وَٱلۡأَغۡلَٰلَ ٱلَّتِي كَانَتۡ عَلَيۡهِمۡۚ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُواْ ٱلنُّورَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar, yang menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk, dan membebaskan dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al A'raf: 157)

Nabi yang disebut ummi dalam ayat itu adalah Muhammad. Beliau sudah disebut dalam Taurat dan Injil, sehingga kaum Yahudi sebenarnya mengenal tanda-tandanya. Mereka bahkan berharap nabi terakhir itu lahir dari kalangan mereka. Namun Allah memilih Muhammad dari bangsa Arab, sehingga banyak di antara mereka menolak meski kebenarannya nyata.

Jamaah subuh
Jamaah Subuh Masjid An Nuur Sidowayah

Salah satu bentuk penjajahan ala Yahudi dan Nasrani adalah ketika mereka menuhankan para pemimpin agama. Bahkan, sebagian dari mereka meyakini bahwa pemimpin agama itu mampu memberikan pengampunan dosa. Padahal ampunan hanyalah milik Allah semata.

Nabi Muhammad datang untuk membebaskan manusia dari belenggu kesesatan itu, mengembalikan tauhid yang murni, dan menegaskan bahwa tidak ada yang berhak disembah serta dimintai ampun selain Allah. Inilah salah satu makna merdeka.

Iblis atau setan menjajah manusia dengan cara menghalangi dari berbagai kebaikan. Ia menanamkan rasa malas untuk beribadah, menumbuhkan ragu terhadap perintah Allah, serta menjerumuskan pada perbuatan dosa.

Bahkan ketika seorang muslim hendak melangkah dalam kebaikan, setan selalu mencari jalan untuk menggagalkan atau setidaknya mengurangi nilainya. Inilah bentuk penjajahan yang nyata, yang tidak terlihat secara kasat mata namun sangat berbahaya bagi kehidupan akhirat.

Nabi Muhammad Saw., datang bukan untuk disembah. Beliau hanyalah utusan Allah yang membawa risalah tauhid, agar manusia menyembah hanya kepada-Nya. Bahkan dalam anjuran berselawat, itu bukanlah bentuk ibadah kepada Nabi, melainkan penghormatan sekaligus doa agar Allah senantiasa memuliakan beliau.

Sarapan
Sarapan bersama

Dengan selawat, kita berharap mendapatkan rahmat Allah, karena siapa yang memuliakan Rasulullah Saw., maka Allah akan memuliakannya pula. Selawat juga menjadi pengingat bahwa jalan keselamatan adalah dengan mengikuti sunnah Nabi, bukan mengagungkan beliau secara berlebihan. Dengan demikian, umat Islam tetap terjaga dalam kemurnian tauhid dan terhindar dari bentuk penjajahan rohani yang menyesatkan.

Kemerdekaan sejati bagi seorang muslim adalah terbebas dari belenggu hawa nafsu, tipu daya iblis, dan tradisi menyesatkan yang diwariskan manusia. Nabi Muhammad diutus untuk membimbing manusia menuju tauhid yang murni, melepaskan mereka dari penghambaan selain Allah, serta menuntun pada jalan kebaikan.

Ringkasan kajian subuh di Masjid An Nuur Sidowayah, pada Jumat, 5 Agustus 2025 dengan pemateri Ustaz H. Didik Efendi, S.T (Ketua MUI Kecamatan Weru)

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822