MEDIA AN NUUR─Umat Islam wajib meyakini adanya hari kiamat sebagai bagian dari rukun iman. Kiamat merupakan saat hancurnya alam semesta, di mana seluruh kehidupan di dunia akan berakhir. Tiba waktunya manusia akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya.
Dalam sejumlah riwayat disebutkan bahwa tanda kiamat kelak akan terjadi ketika tidak ada lagi suara azan yang dikumandangkan. Hilangnya syiar Islam dari muka bumi menjadi pertanda bahwa kehidupan dunia telah mencapai akhirnya.
Pada saat itulah malaikat Israfil akan meniup sangkakala sebagai awal datangnya kiamat. Tiupan itu begitu dahsyat sehingga menghancurkan langit dan bumi, serta mematikan seluruh makhluk hidup.
![]() |
Ustazah Sukini mengulas tentang Hari Kiamat |
Ada sebuah cerita populer, meski belum bisa dipastikan kebenarannya secara ilmiah maupun riwayat, bahwa Neil Armstrong ketika sampai di bulan pernah mendengar suara azan. Kisah ini sering dijadikan pengingat bahwa tanda-tanda kebesaran Allah bisa saja hadir di mana pun, bahkan di luar angkasa.
Pengalaman yang bisa kita rasakan ketika naik pesawat dan melihat ke bawah dari ketinggian. Betapa kecilnya diri kita dibanding luasnya bumi ciptaan Allah. Hati pun terasa kerdil, penuh kepasrahan, dan hanya bisa memohon perlindungan-Nya agar perjalanan diberi keselamatan.
Allah telah menggambarkan kedahsyatan hari kiamat dalam Al-Qur’an, di antaranya dalam surat Al-Qari’ah. Allah berfirman:
“Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (QS. Al-Qari’ah: 1–5)
Ayat ini memberikan gambaran betapa huru-haranya peristiwa kiamat. Semua yang kita anggap besar dan kokoh di dunia, seperti gunung, akan hancur lebur dan tak lagi memiliki kekuatan. Gunung saja bisa begitu, apalagi kita sebagai manusia yang sekecil ini.
Karena itu, keimanan kepada hari kiamat seharusnya membuat seorang muslim lebih waspada, selalu memperbaiki diri, serta mempersiapkan bekal amal saleh sebelum datangnya hari yang pasti tersebut.
“Maka adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (bahagia).” (QS. Al-Qari‘ah: 6–7)
Setiap amal baik sekecil apa pun akan sangat berarti di akhirat. Jika kebaikan yang kita lakukan lebih banyak daripada keburukan, balasannya adalah surga dengan segala kenikmatannya.
Sebaliknya, orang yang amal baiknya lebih sedikit daripada keburukannya akan mendapat balasan berupa neraka. Allah menegaskan betapa dahsyatnya azab itu dengan menyebutnya sebagai api yang sangat panas.
“Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (QS. Al-Qari‘ah: 8–11)
Siapa pun yang lalai, mengabaikan ibadah, dan lebih banyak berbuat dosa, maka ia terancam dengan siksa neraka. Karena itu, seorang muslim seharusnya selalu berusaha menjaga imannya, memperbanyak amal kebaikan, dan memohon ampunan Allah agar selamat dari api neraka yang sangat pedih.
Kajian Malam Selasa (Senin, 1 September 2025) bakda Salat Isya di Masjid An Nuur Sidowayah dengan pemateri Ustazah Sukini, M.Ag (Kepala MIM Sidowayah)