NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=

MASIGNCLEANLITE104

Pandai Bersyukur dengan Peka pada Nikmat Allah

MEDIA AN NUUR─Betapa banyak manusia menyikapi nikmat Allah dengan keluhan. Hawa dingin di waktu subuh banyak dari kita menyikapi dengan mengeluhkannya. Padahal dingin itu nikmat, sehingga banyak orang berkunjung ke tempat dingin: Puncak, Tawangmangu, dan wisata berhawa dingin lainnya.

Tak perlu jauh-jauh. Sebagian kita, harus mengeluarkan uang untuk mendapatkan hawa dingin. Yakni dengan memasang pendingin ruangan di rumahnya. Maka sesungguhnya, hawa dingin adalah nikmat yang harus disyukuri, bukan justru dikeluhkan.

Ust Didik Efendi
Ustaz Didik Efendi ajak kita peka pada nikmat Allah

Kita memang seringkali terjebak dengan rasa kurang puas sehingga kehilangan rasa syukur. Maka pantaslah para khatib dalam khutbah senantiasa mengajak jamaah bersyukur, mengingatkan untuk selalu bersyukur kepada Allah dalam kondisi apapun.

Kisah Kyai Alhamdulillah

Kyai Ahmad Syahid Kemadu, atau yang masyhur dengan julukan “Kyai Alhamdulillah”, adalah sosok ulama kharismatik dari Desa Kemadu, Sulang, Rembang. Beliau dikenal luas karena satu kebiasaannya yang selalu mengucapkan alhamdulillah dalam segala keadaan.

Beliau selalu mengucap hamdalah, baik dalam kesenangan maupun dalam kondisi yang tak nyaman sekalipun. Kebiasaan zikir ini begitu melekat, hingga masyarakat pun menjuluki beliau dengan nama “Kyai Alhamdulillah”.

Salah satu kisah yang paling dikenal dan sering diceritakan adalah ketika beliau pulang dari sebuah acara bersama para kyai lainnya. Dalam perjalanan, mereka melewati sebuah saluran air yang ternyata sedang digunakan oleh seorang pria untuk mandi tanpa busana.

Kaget dengan pemandangan tersebut, beberapa kiai refleks mengucapkan zikir seperti “Astaghfirullah” atau “Subhanallah”. Namun Kiai Syahid justru spontan berkata, “Alhamdulillah.” Saat ditanya mengapa, beliau menjawab dengan tenang, “Alhamdulillah, saya masih diberi penglihatan oleh Allah.”

Jawaban itu membuat yang lain tersenyum dan merenung. Begitulah cara beliau memaknai setiap kejadian dengan rasa syukur. Segala apa yang terjadi selalu dilihat dari sudut pandang kesyukuran atas nikmat yang Allah berikan.

Kyai Syahid mendirikan Pondok Pesantren Al-Hamdulillah bersama istrinya, Nyai Shofiyah. Tanpa plang nama dan tanpa banyak publikasi, pesantren ini tumbuh menjadi tempat belajar ilmu agama dan keterampilan hidup. Santri-santrinya tidak hanya diajarkan ilmu salafiyah seperti nahwu, fikih, dan tafsir, tetapi juga dibekali keterampilan menjahit, beternak, dan bertani agar mandiri dalam hidup.

Jamaah Subuh
Jemaah Subuh Masjid An Nuur Sidowayah

Beliau adalah teladan dalam akhlak dan kesederhanaan. Ramah pada siapa saja, menghormati tamu tanpa pandang status, dan tak pernah memperlihatkan kemewahan. Kisah “Kiai Alhamdulillah” adalah teladan untuk menjadikan rasa syukur sebagai napas kehidupan sehari-hari.

Peka pada Nikmat

Salah satu kelemahan manusia adalah lebih peka terhadap nikmat yang berkurang daripada nikmat yang masih tersisa. Ketika satu hal yang biasa kita nikmati tiba-tiba hilang, misalnya listrik mati, uang habis, badan sedikit sakit, kita langsung gelisah, mengeluh, bahkan merasa hidup ini berat.

Padahal, di saat yang sama, ribuan nikmat lainnya masih tetap kita miliki: jantung masih berdetak, udara masih bisa dihirup, otak masih bisa berpikir, iman masih terjaga. Tapi semua itu jarang kita syukuri, karena terlalu fokus pada satu nikmat yang tidak ada.

Sarapan
Sarapan bersama

Namun, manusia sering kali hanya menghitung yang hilang, bukan yang tinggal. Kita seperti orang yang lebih mengeluhkan satu gigi tanggal, padahal masih tersisa gigi lainnya yang lebih banyak.

Syukur sejati bukan hanya saat nikmat bertambah, tapi ketika kita tetap bersyukur walau ada sebagian yang berkurang. Karena yang masih kita punya jauh lebih banyak daripada yang hilang dari kita.

Ringkasan kajian subuh di Masjid An Nuur Sidowayah, pada Jumat, 1 Agustus 2025 dengan pemateri Ustaz H. Didik Efendi, S.T (Ketua MUI Kecamatan Weru)

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822