MEDIA AN NUUR─Sebuah kisah cukup populer tentang Seekor Kedelai dan Rumput Berwarna Biru. Ceritanya, ada seekor keledai berkata bahwa rumput itu berwarna biru. Singa membantah, “Tidak, rumput itu hijau.”
Mereka pun membawa perdebatan itu kepada raja hutan, singa tua. Keledai buru-buru mengadu, “Yang Mulia, bukankah rumput itu biru?” Sang raja menjawab, “Benar, rumput itu biru.”
![]() |
Ustaz Ahmad Ahsan Jihadan ingatkan agar tidak mendebat hal bodoh |
Keledai girang, sementara singa muda dihukum karena berdebat. Singa muda bertanya, “Mengapa saya dihukum, padahal rumput itu hijau?” Raja menjawab, “Kau benar. Tapi kau bersalah karena berdebat dengan keledai. Itu hanya membuang waktumu dan merendahkan dirimu.”
Berdebat dengan Orang Bodoh
Pesan moral yang bisa kita ambil adalah, bahwa terkadang bukan tentang siapa yang benar, tapi apakah layak untuk dibahas. Tidak semua perdebatan perlu diladeni. Allah pun menyuruh berpaling dari orang bodoh seperti itu.
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah pemaaf, suruhlah orang mengerjakan yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A'raf: 199)
Salah satu perintah dalam ayat tersebut maknanya adalah jangan layani orang-orang yang suka memprovokasi, berdebat tanpa ilmu, atau mencari keributan. Kadang berpaling adalah jawaban terbaik.
Dalam menghadapi orang bodoh, berdebat hanya akan membuang waktu dan merendahkan diri. Mereka tidak mencari kebenaran, hanya ingin menang. Maka, meninggalkan perdebatan ini adalah tanda kemuliaan akhlak dan keutamaan iman.
أنا زعيم ببيت في ربض الجنة لمن ترك المراء وإن كان محقًا
“Aku menjamin sebuah rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan, meskipun ia berada di pihak yang benar.” (HR. Abu Dawud)
4 Golongan Manusia tentang Ilmu dan Kesadaran Diri
Menurut Imam Al-Ghazali, manusia dalam hal ilmu dan kesadaran diri terbagi menjadi empat golongan. Ini beliau sampaikan dalam berbagai karyanya seperti Ihya Ulumuddin dan Mukasyafatul Qulub.
1. Orang yang tahu bahwa dia tahu
عَالِمٌ يَعْلَمُ أَنَّهُ يَعْلَمُ
Inilah orang alim yang sadar akan ilmunya. Ia adalah guru sejati, layak diikuti dan dijadikan tempat belajar. Imam Ghazali menyebut mereka sebagai golongan orang bijak dan pemimpin umat. Sikap terhadapnya: Ikuti dan ambil ilmunya.
2. Orang yang tidak tahu bahwa dia tahu
نَاسٍ يَعْلَمُ وَلَا يَدْرِي أَنَّهُ يَعْلَمُ
Ini orang berilmu tapi tidak menyadari keilmuannya. Mungkin ia rendah hati, atau kurang percaya diri, atau belum punya wadah untuk mengajar. Sikap terhadapnya: Ingatkan dan dorong ia untuk berbagi ilmu.
3. Orang yang tahu bahwa dia tidak tahu
جَاهِلٌ يَعْلَمُ أَنَّهُ جَاهِلٌ
Ini adalah orang bodoh yang sadar dirinya bodoh. Ia punya kesadaran diri dan semangat belajar. Sikap terhadapnya: Ajarilah, karena dia siap menerima ilmu.
4. Orang yang tidak tahu bahwa dia tidak tahu
جَاهِلٌ لَا يَعْلَمُ وَلَا يَدْرِي أَنَّهُ جَاهِلٌ
Ini yang paling buruk. Ia bodoh tapi merasa pintar, sok tahu, dan tidak mau belajar. Imam Ghazali menyebutnya sebagai orang tertipu, bahkan bisa menyesatkan orang lain. Sikap terhadapnya: Waspadai, dan jangan diladeni.
Kesimpulan hikmah Imam Ghazali: “Celakalah orang yang tidak tahu, dan dia tidak tahu bahwa dia tidak tahu.”
Golongan keempat yang disebutkan Imam Ghazali sangat tepat menggambarkan sifat si keledai dalam kisah di atas. Ia bersikukuh bahwa rumput berwarna biru padahal jelas hijau, dan tetap ngotot meski dibantah oleh yang lebih tahu.
Keledai ini seperti orang bodoh yang tidak sadar akan kebodohannya, tapi justru merasa paling benar dan ingin menang sendiri. Inilah tipe orang yang berbahaya, karena tidak bisa diajak berdiskusi dengan akal sehat dan justru bisa menyesatkan orang lain jika dituruti.
Agar terhindar dari kebodohan yang menyesatkan seperti golongan keempat tersebut, maka Islam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan menjadikannya sebagai jalan menuju surga.
Menuntut ilmu akan mengangkat derajat, sekaligus menyelamatkan seseorang dari kebodohan yang bisa membuatnya tersesat seperti keledai. Karena itu, belajar menjadi keharusan agar seseorang mengenali kebenaran dan tidak terjerumus dalam kesesatan yang diperparah oleh keangkuhan.
Pengajian Ahad Pagi, 27 Juli 2025 di Masjid Al Hidayah Sangen bersama Ustaz Dr. H. Ahmad Ahsan Jihadan, S.Psi, MA (Gunungkidul)