NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=

MASIGNCLEANLITE104

Kepemimpinan Sepeninggal Rasulullah

MEDIA AN NUUR─Menjelang wafatnya Rasulullah ﷺ, para sahabat merasa cemas memikirkan kelanjutan kepemimpinan umat setelah beliau tiada. Mereka pun bertanya, apakah Rasulullah tidak akan mengangkat seorang khalifah sebagai penerus?

Pertanyaan itu wajar, sebab sahabat sangat menginginkan adanya pemimpin yang jelas agar umat tidak tercerai-berai. Namun Rasulullah ﷺ menjawab dengan penuh kebijaksanaan. Beliau mengatakan, apabila beliau menunjuk seorang khalifah, lalu ada sahabat yang tidak menyetujui atau menyelisihi, maka bisa saja azab Allah turun menimpa.

Inilah bentuk kasih sayang Rasulullah ﷺ kepada umatnya. Beliau tidak ingin keputusan yang diambil justru menjadi sebab perselisihan dan mendatangkan azab. Rasulullah lebih memilih menyerahkan urusan kepemimpinan itu kepada musyawarah para sahabat setelah beliau wafat, agar setiap keputusan lahir dari kebersamaan dan terhindar dari murka Allah.

Ustaz Fauzan
Ustaz Fauzan menyampaikan sejarah sekitar kepergian Nabi Saw.

Namun, di sisi lain, Rasulullah ﷺ pun memberikan kabar mengenai perjalanan kepemimpinan umat setelah beliau wafat. Bahwa akan datang masa kekhalifahan selama 30 tahun, dilanjutkan kemudian kerajaan.

الخِلَافَةُ فِي أُمَّتِي ثَلاَثُونَ سَنَةً، ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا بَعْدَ ذَلِكَ

Kekhalifahan dalam umatku berlangsung selama tiga puluh tahun, kemudian setelah itu menjadi kerajaan.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ahmad)

Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud tiga puluh tahun adalah masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, ditambah masa singkat kepemimpinan Hasan bin Ali ra. Rinciannya adalah: Abu Bakar 2 tahun 3 bulan, Umar 10 tahun 6 bulan, Utsman 12 tahun, Ali 4 tahun 9 bulan, dan Hasan bin Ali sekitar 6 bulan. Jika dijumlahkan, totalnya mendekati 30 tahun.

Setelah periode itu, kepemimpinan umat Islam berubah menjadi bentuk mulk (kerajaan), dimulai dari Bani Umayyah. Namun demikian, masa tiga puluh tahun pertama itu tetap menjadi teladan kepemimpinan yang lurus, bersih, dan berlandaskan kasih sayang Rasulullah ﷺ kepada umatnya, agar senantiasa terjaga dari perpecahan dan berada dalam lindungan rahmat Allah.

Ketika Rasulullah ﷺ wafat, umat Islam mengalami duka yang sangat mendalam. Bahkan Umar bin Khattab yang dikenal tegas dan kokoh sempat tidak kuasa menerima kenyataan. Beliau marah dan mengancam siapa pun yang mengatakan Rasulullah telah wafat. Suasana begitu tegang hingga hampir menimbulkan kekacauan.

Dalam situasi genting itu, Abu Bakar ash-Shiddiq tampil menenangkan umat. Beliau naik ke mimbar dan berkata dengan lantang:

مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا، فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ، وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ، فَإِنَّ اللَّهَ حَيٌّ لا يَمُوتُ

Barang siapa menyembah Muhammad, maka sungguh Muhammad telah wafat. Dan barang siapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan mati.” (HR. Bukhari)

Ucapan ini meredam emosi para sahabat, termasuk Umar bin Khattab ra. Abu Bakar lalu membacakan firman Allah:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

Dan Muhammad itu hanyalah seorang rasul; sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Apakah jika ia wafat atau terbunuh, kalian akan berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran: 144)

Dengan keteguhan iman Abu Bakar, para sahabat pun tersadar bahwa Rasulullah ﷺ memang manusia biasa yang pasti akan wafat, sementara Allah tetap hidup dan selamanya menjadi sesembahan yang hakiki. Dari momen inilah para sahabat kemudian bersepakat mengangkat Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama, memimpin umat Islam sepeninggal Rasulullah ﷺ.

Pengajian warga Sidowayah RT 01 RW 06 di rumah Bapak Heri Purwanto-Ibu Nurhayati pada 21 Agustus 2025, bersama Ustaz Fauzan Abu Darda (asatiz Ma’had Ittiba’us Sunnah Tawang, Weru)

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822