MEDIA AN NUUR─Rasulullah Saw., mengajarkan bahwa ilmu lebih utama dari sekadar banyaknya ibadah, dan inti dari agama yang baik adalah sifat wara’. Kita tidak hanya dituntut untuk rajin beramal, tetapi juga cerdas dan bersih dalam menjalaninya.
فَضْلُ العِلْمِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ فَضْلِ العِبَادَةِ، وَخَيْرُ دِينِكُمُ الوَرَعُ
“Keutamaan ilmu lebih aku sukai daripada keutamaan ibadah. Dan sebaik-baik agama kalian adalah sifat wara’.” (HR. Hakim, Baihaqi)
Orang berilmu disukai Rasulullah Saw., karena ilmunya bermanfaat bagi orang lain. Ia mengajarkan, membimbing, dan memberi petunjuk. Hal ini lebih utama dibanding ibadah yang hanya untuk diri sendiri tanpa peduli terhadap sesama.
![]() |
Ustaz Danuri mengajak membiasakan sifat wara' |
Namun, keutamaan ilmu bukan alasan untuk meremehkan ibadah. Ilmu justru seharusnya mendorong seseorang untuk lebih sempurna dalam beramal, bukan menjadikannya salat sekadarnya, salam lalu langsung pergi tanpa zikir, atau meninggalkan sunah-sunah hanya karena merasa sudah cukup berilmu.
Yang ditekankan dalam hadis ini adalah nilai kebermanfaatan ilmu, terutama ketika ilmu itu diajarkan dan membawa kebaikan bagi orang lain. Inilah yang membuat orang berilmu disukai Rasulullah Saw., bukan sekadar karena ia tahu, tetapi karena ilmunya hidup dalam tindakan dan bermanfaat.
Kita juga diajarkan untuk memiliki sifat wara’, yaitu sikap hati-hati dalam urusan dunia. Sifat ini tercermin dalam hidup yang sederhana, tidak berfoya-foya, dan tidak terlalu terikat pada gemerlap dunia.
Wara’ bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, tetapi menempatkannya sesuai kadar yang wajar, serta selalu mengutamakan akhirat dalam setiap pilihan hidup. Jadi ia berlepas diri dari perkara dunia yang melalaikan.
Di masa kini, gaya hidup yang jauh dari sifat wara’ justru sering dianggap sebagai hal biasa, bahkan dibanggakan. Media sosial dipenuhi contoh hidup mewah: makanan mahal hanya demi konten, pakaian yang dipakai sekali lalu dibuang atau diganti terus demi tren, hingga liburan ke luar negeri hanya untuk pamer gaya hidup.
Banyak artis dan influencer menampilkan kemewahan tanpa batas sebagai standar kesuksesan, padahal semua itu bertentangan dengan ajaran wara’, sikap sederhana, tidak berlebihan, dan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama.
Sayangnya, gaya hidup mewah yang ditampilkan di media sosial itu tidak berhenti sebagai tontonan. Banyak orang justru menirunya tanpa melihat kemampuan diri. Sebagian rela membeli barang mahal, nongkrong di tempat elit, atau liburan hanya untuk konten.
Akibatnya, tak sedikit yang akhirnya terjebak dalam tekanan finansial, bahkan sampai harus berutang, termasuk melalui pinjaman online yang bunganya mencekik. Semua itu bermula dari hilangnya sifat wara’. Tidak lagi hidup sederhana dan hati-hati, tapi mengikuti nafsu dan gengsi.
Mari tumbuhkan kembali sifat wara’ dalam hidup kita. Sikap sederhana, hati-hati, dan tidak berlebihan. Jangan mudah terpengaruh oleh gaya hidup mewah di media sosial yang seringkali hanya pencitraan. Wara’ akan menjaga kita dari hidup penuh gengsi, dari pengeluaran yang memaksakan diri, dan dari jeratan utang yang membebani.
Kajian Malam Selasa (Senin, 7 Juli 2025) bakda Salat Isya di Masjid An Nuur Sidowayah dengan pemateri Ustaz H. Danuri, M.Ag (Ketua PRM Ngreco)