MEDIA AN NUUR—Dalam sejarah Islam, nama Nabi Ismail As., tercatat bukan hanya sebagai seorang nabi, tapi juga sebagai remaja yang luar biasa. Beliau hidup di masa muda dengan penuh ketundukan, adab, dan kekuatan iman.
![]() |
Kajian remaja di Masjid An Nuur Sidowayah |
Kisahnya mengajarkan bahwa menjadi remaja bukan alasan untuk hidup sembarangan, justru masa itulah saat terbaik untuk meneladani para kekasih Allah. Berikut ini adalah keteladanan utama dari Nabi Ismail yang sangat relevan untuk pemuda hari ini.
Taat kepada Allah meski terasa berat
Nabi Ismail menunjukkan puncak ketaatan saat ayahnya, Nabi Ibrahim As., menyampaikan perintah Allah untuk menyembelihnya. Tidak ada penolakan dari beliau. Justru dengan penuh ketundukan, ia menjawab bahwa ia siap bersabar.
Ini adalah bentuk ketaatan sejati. Tunduk bukan karena mengerti, tapi karena percaya penuh kepada Allah. Di saat remaja hari ini kadang berat hanya untuk salat atau meninggalkan kebiasaan buruk, kisah Ismail mengingatkan bahwa ketaatan sejati kadang justru diuji dalam hal-hal yang berat.
Berbakti kepada orang tua, bahkan dalam ujian terberat
Saat ayahnya menyampaikan perintah penyembelihan, Ismail tidak membantah atau protes. Ia justru memanggil ayahnya dengan lembut: “Yaa abati”. Wahai ayahku tercinta. Ini menunjukkan adab luar biasa kepada orang tua, bahkan dalam kondisi yang sangat berat.
Hari ini, berapa banyak remaja yang mudah membantah hanya karena ditegur soal waktu belajar atau penggunaan ponsel? Ismail mengajarkan bahwa cinta kepada Allah akan selalu membuat kita lebih hormat dan patuh kepada orang tua.
Sabar dalam ujian, walau masih muda
Ketika perintah Allah datang, Ismail tidak panik, tidak kabur, tidak menangis, tapi justru berserah diri dengan sabar. Ujian beliau adalah pengorbanan nyawa, bukan lagi hal kecil. Namun, beliau tetap teguh, menunjukkan bahwa kekuatan iman tidak mengenal usia.
Remaja hari ini pun perlu belajar bersabar: dalam menerima nasihat orang tua yang cerewet, dalam menjalani belajar, dalam menjaga diri dari pergaulan bebas, dan dalam menghadapi tantangan zaman. Sabar bukan kelemahan, tapi kekuatan utama orang beriman.
Menjadi teladan yang abadi
Walaupun tidak banyak kisahnya diceritakan panjang, nama Ismail terus hidup dan diteladani. Allah menyebutnya sebagai sosok yang jujur dalam janji dan seorang nabi yang mulia. Beliau dikenang setiap Idul Adha, dan kisahnya menjadi bagian dari ibadah haji.
Ini menunjukkan bahwa siapa pun yang hidup dengan ketakwaan, walau dalam usia muda, bisa meninggalkan jejak kebaikan yang abadi. Kita pun bisa menjadi seperti itu, jika mau memulai dari kebaikan kecil hari ini.
Ismail bukan remaja biasa. Beliau adalah remaja surga, contoh sempurna bagaimana anak muda bisa dekat dengan Allah, taat kepada orang tua, sabar dalam ujian, dan menjadi sosok yang dikenang dalam kebaikan.
Semoga para remaja muslim termasuk kita, bisa meneladani Nabi Ismail, menjadi remaja yang bukan hanya keren di dunia, tapi juga dimuliakan Allah di akhirat kelak. Bahkan mampu membawa kebaikan bagi teman-teman kita. Aamiin.
Kajian remaja di Masjid An Nuur Sidowayah pada Ahad, 8 Juni 2025 bakda Salat Isya, dengan pemateri Bp. Wakhid Syamsudin, ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PCM Weru.