MEDIA AN NUUR─Hari ini, umat Islam di seluruh penjuru dunia merayakan Iduladha, hari raya besar yang sarat makna dan keutamaan. Dari pelosok desa hingga kota-kota besar, kaum Muslimin berkumpul di masjid dan tanah lapang untuk melaksanakan Salat Iduladha, menandai datangnya hari istimewa yang Allah sebut sebagai yaumul hajj dan yaumun nahr.
Hari ini adalah hari berkumpulnya banyak ibadah agung. Bagi yang mampu, mereka sedang menunaikan ibadah haji di tanah suci, menapaki jejak Nabi Ibrahim As., dalam menjalankan perintah Allah. Sementara bagi yang belum berkesempatan berhaji, Allah syariatkan untuk tetap terlibat dalam ibadah besar ini dengan melaksanakan Salat Id, memperbanyak takbir, dan mengagungkan nama Allah.
 |
| Ustaz Miqdad Al Kindi mengingatkan kembali pengorbanan Nabi Ibrahim As. |
Di saat sebagian saudara kita sedang berada di puncak ibadah haji — wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah di Mina — kita yang berada di rumah diberi peluang besar untuk tetap mendapatkan keutamaan melalui kurban dan ketundukan hati.
Pada momen Iduladha ini pula, kita belajar kembali tentang pengorbanan dari Khalilullah, Nabi Ibrahim As . Dalam penantian panjang, Allah mengaruniakan seorang anak yang sangat didambakan: Ismail. Bayangkan betapa besar kasih sayang seorang ayah terhadap anak yang begitu lama dinanti.
Namun, ujian keimanan datang saat Ismail telah tumbuh remaja dan mulai bisa membantu pekerjaan sang ayah. Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anak yang sangat dicintainya. Sebuah ujian maha berat yang tak terbayangkan oleh nalar manusia biasa. Namun Ibrahim, sang kekasih Allah, memilih taat. Ia sampaikan perintah itu kepada Ismail.
Tanpa ragu, Ismail pun menyanggupi. “Wahai Ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” demikian jawaban penuh keyakinan dari seorang anak saleh.
Ketika keduanya telah tunduk dan Ibrahim membaringkan anaknya untuk disembelih, Allah menunjukkan kasih sayang-Nya. Penyembelihan itu tidak terjadi, karena Allah telah menerima keikhlasan keduanya. Sebagai gantinya, seekor domba diturunkan dari langit untuk dijadikan kurban.
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail menjadi cermin ujian terbesar yang dihadapi manusia dalam rangka membuktikan ketakwaan kepada Allah. Ujian yang sangat berat ini menjadi bukti bahwa semakin besar ujian, semakin besar pula balasan yang Allah siapkan.
Karena kesabaran dan ketakwaan Ibrahim, Allah menjadikannya sebagai bapak para nabi, hingga keturunannya sampai kepada Nabi Muhammad ï·º. Peristiwa ini pun diabadikan sebagai syariat kurban yang kita jalankan setiap Iduladha dan hari-hari tasyrik. Ini bukan sekadar ritual tahunan, tapi warisan keimanan dan keteladanan yang harus terus kita hidupkan.
 |
| Suasana Salat Iduladha 1446 H |
Dari sini kita belajar, bahwa setiap ujian dalam hidup bukanlah hukuman, melainkan jalan untuk naik tingkat di hadapan Allah. Kita semua pasti akan diuji: ada yang diuji dengan kesulitan ekonomi, sakit, belum memiliki keturunan, pasangan yang tidak ideal, atau lingkungan yang tidak mendukung. Namun siapa yang sabar dan tetap bertakwa, Allah telah siapkan pahala dan jalan keluar yang luar biasa.
Semoga kisah ini menjadi penguat iman kita dalam menghadapi setiap ujian hidup. Mari jadikan Iduladha sebagai momentum memperbarui niat, memperkuat ketakwaan, dan memantapkan hati untuk terus berjuang di jalan Allah, apapun tantangannya. Taqabbalallahu minna wa minkum. Semoga Allah menerima ibadah kita semua. Aamiin.
Resume Khotbah Iduladha 1446 H di Masjid An Nuur Sidowayah, pada 6 Juni 2025, dengan khatib Ustaz Miqdad Al Kindi, Lc. (asatiz Islamic Centre Bin Baz (ICBB) Piyungan, Bantul, Yogyakarta)
