MEDIA AN NUUR─Setiap manusia pasti memiliki kesibukannya masing-masing. Namun, di antara banyak kesibukan duniawi, ada empat kesibukan yang sangat dicintai Allah. Hikmah ini dinisbatkan kepada ulama sufi Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari, seorang tokoh besar dalam ilmu tasawuf.
Empat Kesibukan yang Dicintai Allah
Ibnu ‘Atha’illah mengajarkan bahwa ketika seorang hamba menyibukkan diri dengan amalan tertentu, Allah pun membalasnya dengan perhatian dan cinta yang luar biasa. Berikut adalah empat kesibukan tersebut, lengkap dengan dalil dari Al-Qur'an dan Hadis:
1. Jika kita sibuk mengingat Allah, maka Allah sibuk mengingat kita
Zikir adalah bentuk paling dasar dari hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Ketika lidah mengucap dan hati hadir dalam mengingat Allah, maka Allah pun memberikan balasan langsung: Dia mengingat kita.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 152)
![]() |
Ustaz Ahmad Ahsan Jihadan mengulas 4 kesibukan yang dicintai Allah |
Zikir bukan sekadar rutinitas, melainkan bentuk cinta dan kedekatan. Allah, yang Maha Mulia, tidak membiarkan hamba-Nya berdzikir tanpa balasan. Bahkan Dia balas dengan menyebut nama hamba tersebut di hadapan para malaikat.
2. Jika kita sibuk membaca Al-Qur’an, maka Allah sibuk menyapa kita
Al-Qur’an adalah kalamullah, firman Allah yang diturunkan sebagai petunjuk. Ketika kita membaca Al-Qur’an, sejatinya kita sedang mendengarkan sapaan-Nya. Para ulama mengatakan:
الذِّكْرُ مُخَاطَبَةٌ مَعَ اللهِ، وَالْقُرْآنُ خِطَابُ اللهِ لِلْعِبَادِ
“Zikir adalah berbicara kepada Allah, dan Al-Qur’an adalah firman Allah kepada para hamba.”
Dalam sebuah hadis disebutkan:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ
“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi)
Membaca Al-Qur’an berarti membuka hati untuk mendengarkan suara Tuhan, dan Allah akan menuntun hamba-Nya yang mencintai kalam-Nya.
3. Jika kita sibuk berdoa, maka Allah sibuk memberi kepada kita
Doa adalah senjata orang beriman. Dengan doa, seorang hamba menyatakan kelemahan dirinya dan mengakui keperkasaan Tuhannya. Allah menyukai hamba yang terus-menerus meminta kepada-Nya.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya untuk kalian.” (QS. Ghafir: 60)
Ketika kita sibuk berdoa, Allah pun “sibuk” mendengar, mencatat, menyiapkan jawaban terbaik. Meski tak selalu sesuai harapan kita, tapi selalu sesuai kebutuhan kita.
4. Jika kita sibuk taat kepada Allah, maka Allah sibuk mendekati kita
Ketaatan adalah bukti nyata cinta seorang hamba kepada Tuhannya. Semakin seseorang taat, semakin dekat ia dengan Allah. Dan luar biasa, Allah pun membalas ketaatan itu dengan mendekat lebih dulu.
Dalam hadis qudsi disebutkan:
وَإِذَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي شِبْرًا، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِذَا تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا، تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, maka Aku akan datang kepadanya berlari.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan bahwa Allah sangat mencintai hamba-Nya yang taat. Bahkan sedikit usaha dari hamba akan dibalas dengan limpahan kasih sayang dan kedekatan dari Allah.
Kesibukan hidup tak akan pernah habis. Namun, jika kita bisa memilih empat kesibukan yang dicintai Allah ini (mengingat-Nya, membaca Al-Qur’an, berdoa, dan taat) maka hidup kita akan menjadi ladang cinta dan rahmat dari-Nya. Allah tidak membiarkan hamba-Nya berjalan sendirian. Ketika kita melangkah menuju-Nya, Dia akan berlari menyambut kita.
Artikel ini adalah pengembangan dari salah satu poin yang disampaikan pada Pengajian Ahad Pagi, 11 Mei 2025 di Masjid Al Hidayah Sangen bersama Ustaz Dr. H. Ahmad Ahsan Jihadan, S.Psi, MA (Gunungkidul)