NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Ngobrol Asyik bersama Santri Ponpes Qoryatul Qur’an

MEDIA AN NUUR─Rabu, 19 April 2023. Kajian Remaja Sidowayah sore ini spesial ngobrol bersama 10 santri Ponpes Qoryatul Qur’an yang sedang bertugas iktikaf di Masjid An Nuur Sidowayah. Remaja yang hadir sekitar 60 orang, cukup banyak. Alhamdulillah.

Sharing bersama santri
Ngobrol bersama santri Qoryatul Qur'an

Bertindak sebagai pemandu acara adalah Mas Andrean Nur Kholis, mahasantri Ma'had Aly Qoryatul Qur’an, selaku koordinator santri. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan dan dijawab para santri secara bergantian. Mencoba mengulik liku-liku kehidupan di pondok pesantren.

Para santri Qoryatul Qur'an

Mengapa kalian lebih memilih belajar di pondok pesantren daripada belajar di sekolah umum?

Hafid: Di pondok itu lebih banyak pelajaran yang didapat kalau dibanding sekolah umum. Baik dari segi akhlak dan hafalan. Untuk akademis pun tak kalah dengan sekolah umum. Jadi kualitas ponpes bagi kami lebih baik dibanding sekolah umum.

Apakah di pondok ada target-target semisal hafalan yang harus kalian capai?

Aldino: Untuk pondok tahfiz seperti Qoryatul Qur’an memang ada prioritas menghafal 30 juz. Namun begitu, itu bukan tuntutan wajib untuk hafal 30 juz, jadi tetap tak mengapa jika tidak full. Yang terpenting bisa mengamalkan isi Al-Qur’an.

Untuk menghafal memang lebih jadi prioritas kalau dibanding pelajaran yang lain. Al-Qur’an itu mudah untuk dihafalkan. Siapa pun bisa menjadi hafiz Qur'an. Termasuk remaja Sidowayah pun tetap ada potensi untuk itu.

Apa saja, sih, yang kalian dapatkan di pondok pesantren?

Hanan: Pastinya ilmu, baik agama maupun umum. Di pondok pesantren kami mendapat latihan kemandirian. Juga dididik kepemimpinan bagaimana agar bisa mengatur banyak orang. Dikondisikan juga agar bisa lebih banyak hafalan Al-Qur’an. Kami juga diajari bersosialisasi di masyarakat. Banyak sekali hal kami dapat di pondok.

Kegiatan yang kalian suka dan barangkali ada yang tidak disukai?

Rijal Dzaki: Senangnya tentu bisa kumpul dengan orang saleh. Jika kita berbuat salah maka akan ada yang mengingatkan. Kumpul orang saleh maka kita pun akan banyak berbuat baik.

Yang susah barangkali adanya pelajaran bahasa arab. Harus berbicara bahasa arab meskipun belum bisa sesuai kaidah. Yang kurang menyenangkan lainnya adalah kadang suka miss komunikasi dengan ustaz ketika ada perintah.

Bagaimana, sih, kok kalian bisa jauh dari HP?

Bilal: Sebenarnya untuk lepas dari HP itu sulit. Mungkin kita sudah ketagihan HP. Nah, biasanya itu disebabkan memang karena ada kuota. Kalian pun bisa berlepas dari HP dengan tidak mengisi kuota. Coba saja. Medsos butuh kuota, game online butuh kuota.

Cara lain yang bisa dicoba untuk mengurangi memegang HP adalah dengan membiasakan menjauhinya. Coba sehari tidak pegang HP, coba lagi 2 hari, dan seterusnya. Kalau niat, lama-lama juga bisa lepas dari jeratan HP.

Kok kalian bisa jauh dari orang tua dalam waktu lama, sih? Apa tidak kangen gitu?

Najib: Memang kangen pasti ada. Kangen gak hanya orang tua tapi juga kangen sama HP. Itu tak masalah asal bisa tahu waktu soal pegang HP. Dengan melatih kemandirian di pondok maka bisa mengatasi rindu rumah. Kedewasaan akan terbentuk di pondok. Aktivitas dan sosialisasi bermasyarakat bisa melupakan kangen sama orang tua. Jauh dari orang tua itu mendewasakan.

Remaja Sidowayah
Remaja Sidowayah menyimak obrolan

Sayangnya obrolan terbatas karena waktu tak memungkinkan. Pertemuan singkat ini diharapkan bisa sedikit membuka mata bahwa ternyata ada remaja hebat yang belajar di pondok pesantren. Yang mungkin tak terbayang menjalaninya bagi para remaja yang belajar di sekolah umum.

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

Click here for comments 2 comments:

2907636960708278822