NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Memanfaatkan Jatah Usia yang Terbatas untuk Berkarya yang Nilainya Tak Terbatas

MEDIA AN NUUR─Jumat, 23 September 2022, bakda Isya di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kalisige, kembali dilaksanakan pengajian rutin malam Sabtu. Diselenggarakan oleh Korps Mubaligh Muhammadiyah Cabang Weru. Malam ini kajian disampaikan oleh Ustaz Khoierul Umam mengangkat tema tentang Umur yang Kedua.

Allah ﷻ memberikan usia umat Nabi Muhammad ﷺ tidak panjang. Ada umat yang diberi usia sampai ratusan tahun, seperti Nabi Nuh dan umatnya yang mencapai 900-an tahun. Umat Nabi Muhammad ﷺ diberi usia relatif singkat, tersebut dalam hadis.

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampaui umur tersebut.” (HR. Ibnu Majah)

Namun perlu kita pahami, ada 2 hal yang perlu dibedakan. Pertama, usia hidup fisik manusia sebagaimana disebut dalam hadis di atas. Kedua, adalah usia karya manusia.

Ada di antara manusia yang karyanya terputus bersamaan terkuburnya badan karena usia fisik sudah berakhir. Begitu ia mati tidak ada lagi bekas amalnya yang bertahan di muka bumi.

Ustaz Khoierul Umam
Ustaz Khoierul Umam sampaikan kajian tentang umur yang kedua

Ada manusia yang usia karyanya jauh lebih panjang daripada usia fisiknya. Sekalipun ia sudah meninggal ratusan tahun, tapi karyanya masih segar bisa kita lihat, bisa kita saksikan.

Allah ﷻ menjelaskan dalam Al-Qur'an, bahwa Dia tak hanya mencatat amal perbuatan manusia, melainkan juga mencatat bekas pengaruh jejak langkah yang pernah lakukan. Menarik sekali, bukan? Berikut dalilnya:

إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثٰرَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنٰهُ فِىٓ إِمَامٍ مُّبِينٍ

Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz).” (QS. Ya Sin: Ayat 12)

Ulama ada yang menafsirkan bekas-bekas yang ditinggalkan adalah jejak kaki ketika menuju ketaatan dan kemaksiatan. Langkah kita menuju masjid dicatat sampai bekas-bekas yang ditinggalkannya. Semua itu dicatat oleh Allah ﷻ.

Penafsiran yang lebih jauh, adalah bahwa bekas-bekas yang ditinggalkan adalah pengaruh dari amal yang dikerjakan ketika hidup. Jadi tak hanya amal yang dicatat, melainkan juga pengaruhnya meski kita sudah mati.

Amal baik yang kita kerjakan jika masih ada pengaruh jejaknya maka kita akan mendapat catatan kebaikannya sepeninggal kita dari dunia. Pun dengan keburukan yang kita tinggalkan jika ternyata masih menyisakan pengaruh maka kita akan mendapat catatan keburukannya pula meski sudah mati.

مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ

Barang siapa yang mencontohkan jalan yang baik di dalam Islam, maka ia akan mendapat pahala dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa yang mencontohkan jalan yang jelek, maka ia akan mendapat dosa dan dosa orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.”  (HR. Muslim)

Karya adalah umur kedua yang bisa kita siapkan agar bisa lebih dari sekadar jatah umur fisik kita. Ada peribahasa harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan karya.

Kita bisa bercermin kepada KH. Ahmad Dahlan, pendiri persyarikatan Muhammadiyah, organisasi terbesar dengan Amal Usaha yang bertebar di mana-mana. KH. Ahmad Dahlan meninggal para tahun 1923, tapi kita lihat karyanya masih berpengaruh sampai hari ini. Itulah contoh umur kedua selain umur fisik yang terbatas.

Para ulama yang menuliskan kitab-kitab, meski sudah meninggal, karyanya masih dikaji sampai sekarang. Itulah umur kedua berupa karya yang jauh lebih panjang dari usia fisiknya.

Lalu, apakah kita bisa meniru mereka agar memiliki umur kedua? Apakah karya yang bisa kita tinggalkan setelah kematian kita? Bagaimana caranya? Mari kita perhatikan hadis berikut ini:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang saleh.” (HR. Muslim)

Kita bisa menorehkan karya umur kedua dengan 3 perkara tersebut: bersedekah jariyah yang pahalanya mengalir selama apa yang disedekahkan masih bermanfaat, begitu juga ilmu yang kita ajarkan dan masih dimanfaatkan, lalu investasi berupa anak saleh.

Karya berupa amal cerdas bisa kita lakukan adalah wakaf sumur, wakaf kitab, wakaf Al-Qur'an, wakaf pembangunan masjid, pembangunan pondok pesantren, dan lain sebagainya.

Marilah umur fisik yang terbatas ini kita manfaatkan untuk berkarya sehingga umur kedua bisa kita raih. Umur yang lebih panjang dari jatah usia fisik yang hanya sampai 60-70 tahun. Semoga bermanfaat.

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822