NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=

MASIGNCLEANLITE104

Berbuat Baik pada Sesama

MEDIA AN NUUR─Sesama muslim tentu saling memiliki hak dan kewajiban untuk menjaga ukhuwah serta saling menolong dalam kebaikan. Mereka saling menguatkan satu sama lain, ibarat sebuah bangunan yang kokoh, di mana setiap bagiannya menopang bagian lain hingga berdiri tegak dan kuat.

Islam mengajarkan bahwa perbedaan rezeki dan kedudukan di antara manusia merupakan ketetapan Allah yang penuh hikmah. Dengan perbedaan itu, manusia diajarkan untuk saling membutuhkan, saling melengkapi, dan tolong-menolong dalam kebaikan.

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami-lah yang telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf: 32)

Ustaz Fauzan
Ustaz Fauzan menekankan pentingnya berbuat baik pada sesama

Allah yang membagi penghidupan manusia di dunia dan meninggikan sebagian atas yang lain agar tercipta hubungan saling membantu, sementara rahmat Allah jauh lebih baik daripada segala harta yang mereka kumpulkan.

Di antara bentuk rahmat Allah itu tampak dalam hubungan saling menguntungkan antar manusia. Misalnya, orang kaya yang ingin membangun rumah tidak dapat melakukannya sendiri, maka ia membutuhkan bantuan tukang yang memiliki keterampilan dan sedang membutuhkan pekerjaan.

Dengan begitu, keduanya saling mendapatkan manfaat: si kaya terbantu kebutuhannya, sementara si tukang memperoleh penghasilan. Inilah salah satu wujud hikmah di balik perbedaan rezeki dan kedudukan yang Allah tetapkan agar tercipta keseimbangan dan kerja sama dalam kehidupan.

مَن يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُن لَّهُ نَصِيبٌ مِّنْهَا ۖ وَمَن يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُن لَّهُ كِفْلٌ مِّنْهَا ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُّقِيتًا

Barang siapa memberikan syafaat (pertolongan) yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) darinya; dan barang siapa memberikan syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian (dosa) darinya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nisa: 85)

Allah menegaskan bahwa siapa pun yang menolong atau memberikan dukungan dalam kebaikan akan mendapatkan bagian pahala dari perbuatan itu. Sebaliknya, siapa yang menolong dalam keburukan akan menanggung dosa darinya.

Hal ini mendorong umat untuk saling tolong-menolong, menuntun agar bantuan yang diberikan berada di jalan yang benar dan membawa manfaat bagi sesama. Maka sedemikian pentingnya menyalurkan semangat tolong-menolong untuk menegakkan kebaikan dan kemaslahatan bersama.

Ukuran kebaikan seseorang dalam pandangan Islam bukan hanya dari banyaknya ibadah pribadi, tetapi juga dari sejauh mana ia memberi manfaat bagi orang lain. Semakin besar manfaat yang ia berikan kepada sesama, semakin tinggi pula kedudukannya di sisi Allah.

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, dan ad-Daruquthni)

Pengajian warga Sidowayah RT 01 RW 06 di rumah Bapak Sri Handono-Ibu Sri Supatmi pada 13 November 2025, bersama Ustaz Fauzan Abu Darda (asatiz Ma’had Ittiba’us Sunnah Tawang, Weru)

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822