NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=

MASIGNCLEANLITE104

Mencintai Sesama Muslim Seperti Mencintai Diri Sendiri

MEDIA AN NUUR─Bulan Rabiulawal adalah bulan yang mulia bagi kaum muslimin, karena di bulan inilah Rasulullah Muhammad ﷺ dilahirkan. Kelahiran beliau merupakan pintu turunnya nikmat terbesar berupa Islam yang menyinari kehidupan manusia hingga hari ini.

Karenanya, selain kita bersyukur kepada Allah ﷻ yang memberikan karunia, kita juga berkewajiban bersyukur kepada sebab (asbab) turunnya nikmat berupa Islam tersebut, yaitu Nabi Muhammad ﷺ. Dalam sebuah hadis disebutkan:

مَنْ لَا يَشْكُرِ النَّاسَ لَا يَشْكُرِ اللَّهَ

Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

Rasulullah ﷺ membawa kemerdekaan sejati bagi umat manusia. Beliau membebaskan kita dari segala bentuk penderitaan, khususnya penjajahan iblis yang tak pernah lelah menyeret manusia ke jalan kesesatan. Tanpa bimbingan Rasulullah, manusia mudah terperangkap dan akhirnya menjadi pijakan serta bahan bakar di neraka.

Ust Didik Efendi
Ustaz Didik Efendi ajak saling mencintai sesama muslim

Salah satu cara mensyukuri Rasulullah ﷺ adalah dengan meneladani beliau. Sebab, Allah ﷻ sendiri menegaskan bahwa beliau diutus sebagai uswatun ḥasanah (teladan yang baik). Allah berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Beliau adalah teladan dalam segala hal: sebagai pemimpin negara, panglima perang, kepala keluarga, pedagang, pendidik, sekaligus sahabat yang penuh kasih. Dengan meneladani akhlak dan perjuangan beliau, kita berarti benar-benar bersyukur atas diutusnya Rasulullah ﷺ.

Allah ﷻ mewajibkan kita untuk mencintai Rasulullah ﷺ. Salah satu wujud cinta itu adalah dengan membiasakan berselawat kepadanya. Selawat bukanlah kebutuhan Rasulullah, sebab beliau sudah dimuliakan oleh Allah. Namun, selawat adalah bentuk penghormatan kita sebagai umat, sekaligus tanda cinta dan bukti syukur kita atas jasa besar beliau.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Namun cinta kita tidak berhenti hanya pada Rasulullah ﷺ. Beliau mengajarkan bahwa kesempurnaan iman juga ditandai dengan cinta kepada sesama muslim. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya (sesama muslim) apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Memang tidak mudah mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri. Namun, hal itu bukan berarti mustahil. Kita bisa memulainya dari hal-hal kecil, misalnya dengan ikut berbahagia ketika melihat saudara kita mendapatkan nikmat atau keberhasilan, bukan malah iri atau dengki.

Perjalanan cinta kepada sesama memang bertingkat. Setelah kita belajar ikut senang dengan kebahagiaan orang lain, lalu membiasakan diri mendoakan dan menolong mereka, tibalah pada ujian yang lebih sulit: mencintai sesama yang kurang respek bahkan mungkin menyakiti kita.

Jika kita hanya mencintai orang yang berbuat baik kepada kita, itu adalah hal yang wajar. Namun, mencintai orang yang justru merendahkan kita adalah tanda kematangan iman. Mencintai sesama adalah tuntutan keimanan, cinta karena Allah.

Untuk mempersatukan kaum muslimin, Allah ﷻ menjadikan mereka sebagai saudara seiman. Persaudaraan ini bukan hanya karena ikatan darah, melainkan ikatan akidah yang kuat, berlandaskan cinta karena Allah.

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Ia tidak menzaliminya, tidak menelantarkannya, dan tidak meremehkannya.” (HR. Muslim)

Dengan prinsip persaudaraan ini, umat Islam diajarkan untuk saling melindungi, saling menghormati, dan saling menguatkan. Inilah dasar yang menjadikan persatuan kaum muslimin begitu kokoh dan penuh keberkahan.

Dengan demikian, bulan Rabiulawal menjadi momentum bagi kita untuk memperkuat cinta: cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah ﷺ dengan meneladani beliau dan memperbanyak selawat, serta cinta kepada sesama muslim dengan berbagi kasih, perhatian, dan kebaikan.

Kajian Subuh Berjemaah di Masjid Al Hidayah, Sangen, Krajan, Weru pada hari Ahad, 7 September 2025, bersama Ustaz H. Didik Efendi, S.T., ketua MUI Kecamatan Weru

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822