NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Ramadan Jelang Akhir, Sudahkah Kita Menjadi Manusia Bertakwa?

MEDIA AN NUUR─Ramadan sudah berada pada hari-hari terakhir. Sudah saatnya mulai muhasabah diri, bagaimana amalan kita di bulan suci tahun ini, apakah sudah maksimal atau masih banyak yang terlewat tanpa amalan utama?

Target puasa adalah menjadi orang bertakwa. Apakah kita sudah termasuk kategori orang bertakwa atau belum? Puasa menghapuskan dosa, apakah kita sudah mendapat magfirah dari Allah ataukah belum? Mari kita mawas diri.

Ustaz Ali Muhson
Ustaz Ali Muhson ajak muhasabah di akhir Ramadan

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Jabir RA, bahwasanya Nabi ﷺ naik ke mimbar. Ketika beliau naik ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga beliau mengucapkan, “Amiin”. Lalu para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, kami semua mendengar engkau berkata: Aamiin, aamiin, aamiin.

Beliau menjawab, “Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata: Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni. Maka Aku pun berkata: Amiin.

Kemudian dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga. Aku pun berkata: Aamiin.

Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika namamu disebutkan dihadapannya tapi dia tidak berselawat untukmu. Maka Aku pun berkata: Aamiin. (HR. Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam shahih al-Tirmidzi)

Dalam hadis di atas, disebutkan 3 kecelakaan bagi manusia. Celaka bagi manusia yang mendapati bulan Ramadan tapi tidak mendapatkan ampunan dari Allah. Celaka bagi anak yang mendapati masih punya orang tua tapi tak menjadi sebab masuk surga. Celaka bagi hamba yang tak berselawat saat nama Rasulullah disebut.

Salah satu renungan dari hadis itu, bagi kita yang masih diberi kesempatan bertemu bulan suci Ramadan, sudah seharusnya bisa memanfaatkan dengan amal ibadah dan memohon ampun kepada Allah atas segala dosa kita.

Kita lihat diri kita, apakah kita bisa bersabar selama berpuasa? Seberapa mampu kita menahan diri untuk tidak mudah marah-marah. Suami marah ke istri, istri marah ke suami, atau marah ke anak. Seyogianya kita latih diri agar bisa mengerem dari sifat yang tidak baik itu.

Lihatlah apakah lisan kita sudah bisa dikontrol sehingga tidak berkata dusta, berkata kotor, berbohong, gibah, bahkan memfitnah. Kalau tidak bisa menjaga lisan maka sia-sialah puasa kita.

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari)

Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencela atau berbuat usil Rasulullah menganjurkan untuk mengatakan, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa.”

Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah. Sementara rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita, atau dengan kata lain rofats adalah kata-kata porno.

Akhirnya, semoga kita bisa menjadi hamba yang bertakwa berkat amalan ikhlas kita dalam menjalankan puasa di bulan suci Ramadan. Mendapat ampunan dosa-dosa kita dari Allah. Diterima amal ibadah di sisi Allah.

Kajian Ahad Pagi di Gedung Dakwah Muhammadiyah Weru (Kalisige, Karakan, Weru) pada 7 April 2024, bersama Ketua PDM Boyolali Ustaz Drs. H. Ali Muhson, M.Ag, M.Pd.I, M.H, M.M.

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822