NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Memilih Pemimpin Terbaik untuk Islam pada Pemilihan Umum 2024

MEDIA AN NUUR─Orang beruntung itu ketika sudah meninggal dunia tidak bisa lagi menambah amal, tapi masih bisa mendapat pahala dengan apa yang ditinggalkan berupa amal jariah, misalnya turut membantu pembangunan pondok pesantren.

Tak lama lagi, negeri kita akan menggelar hajat besar memilih pemimpin melalui Pemilu 2024. Sebagian umat Islam berpendapat bahwa orang Islam tidak perlu ikut mencoblos karena demokrasi bukan ajaran Islam dan tidak cocok dengan Islam.

Menurut kelompok ini, dalam politik demokrasi yang layak memimpin bukanlah yang terbaik tapi yang paling banyak didukung atau dipilih. Misal dalam sebuah dukuh ada 10 warga berisi 3 kyai dan 7 copet, maka pimpinan adalah pilihan 7 copet. Harga kyai dan copet di mata demokrasi sama, yakni 1 suara.

Ustaz Didik Efendi
Ustaz Didik Efendi ajak muslimin tidak golput

Sementara dalam Islam, yang layak memimpin adalah yang punya kapasitas keahlian dalam memimpin, bisa membedakan yang hak dan batil. Jadi bukan karena banyaknya pemilih, tapi memang kualitas keilmuannya layak sebagai pemimpin.

Apakah kemudian kita harus berlepas diri dari pemilihan pemimpin, padahal siapa pun yang akan terpilih kebijakannya akan berpengaruh pada kehidupan bernegara dan bermasyarakat bahkan berislam kita?

Dalam kaidah ilmu fikih, jika ada 2 madharat yang bertentangan mala pilihlah madharat yang lebih kecil. Madharat yang kecil boleh dilakukan untuk menghindari bahaya yang lebih besar.

Misalnya ada ibu hamil lebih dari 9 bulan, seharusnya sudah melahirkan bayinya. Ulama membolehkan dilakukannya operasi caesar, yakni prosedur persalinan untuk mengeluarkan bayi melalui sayatan di perut. Jadi bahaya menyayat perut ibu adalah madharat kecil dibanding madharat bayi tak bisa lahir.

Logika lagi, ketika ada dukuh berisi 10 warga, berisi 6 kyai 4 copet. Ketika 3 kyai menganggap pemilu haram dan memilih golput, maka pemilihan dilakukan oleh 3 kyai dan 4 copet maka yang terpilih adalah pilihan 4 copet.

Ketika kepemimpinan dipertanggungjawabkan kepada Allah ﷻ, maka 3 kyai pemilih akan mengatakan sudah berikhtiar memilih meskipun kalah. Lalu, bagaimana 3 kyai yang golput? Apakah mereka bisa bertanggung jawab ketika akhirnya pemimpinnya adalah pilihan copet tersebut, yang tidak sesuai dengan Islam?

Diskusi tentang demokrasi ini penting karena akan berjalan terus. Generasi Islam jangan sampai bisa digembosi pemahaman agar golput. Hendaklah menggunakan hak pilih, agar bisa memilih yang paling minimal madharatnya.

Ingatlah, bahwa kita tidak ditanyakan hasilnya, karena hanya Allah ﷻ yang memutuskan hasil akhir. Kita hanya diperintahkan untuk berusaha atau berikhtiar dengan benar. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa Allahlah yang memenangkan agama Islam.

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al Fath: 28)

Lalu bagaimana cara kita menentukan pilihan terbaik dalam pemilihan umum? Awali dengan doa, seperti ketika kita istikharah, agar Allah ﷻ menakdirkan yang baik bagi Islam yang menang dalam pemilihan tersebut. Libatkan kepentingan agama Islam sebagai bahan pertimbangannya.

Jika pilihan yang kita anggap baik ternyata kalah, jangan pesimis, karena Allah ﷻ bisa saja menggerakkan perubahan bagi para pemimpin. Kita berharap agar Allah gerakkan pemimpin buruk itu bisa berubah menjadi baik atas kehendak Allah ﷻ dan doa kita.

Janganlah kita memilih pemimpin karena uang, karena akan dibangunkan jalan, dan sebagainya. Tapi memilihlah yang menurut kita terbaik untuk agama kita. Mana yang terbaik? Silakan minta saran kepada para ustaz yang ada di sekitar kita, mereka pasti bisa menimbang mana yang baik untuk Islam.

Kajian Gerbang Surga (Gerbang Bangun Subuh Berjemaah Bersama Keluarga) di Masjid Al Hidayah, Sangen, Krajan, Weru pada hari Ahad, 7 Januari 2024, bersama Ustaz H. Didik Efendi, ST, ketua MUI Kecamatan Weru

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822