MEDIA AN NUUR─Sebagian dari kita sering kesulitan bertahan setelah saling memaafkan di bulan Syawal. Dalam kenyataannya, mengendalikan diri untuk tidak mengulangi kesalahan terhadap sesama ternyata bukan perkara mudah. Padahal, hakikat memaafkan adalah upaya memperbaiki hubungan dan menjaga hati tetap bersih dari luka lama.
Bahkan, dalam hubungan suami-istri, terkadang hanya butuh hitungan menit setelah saling bermaafan untuk kembali berbuat salah. Hal ini terjadi karena banyak yang terbiasa menganggap remeh kesalahan kecil dan dosa, sehingga lalai memperbaiki diri. Sikap meremehkan ini menjadikan permintaan maaf seolah hanya formalitas tanpa kesungguhan perubahan.
![]() |
Ustaz Ngatemin ajak muhasabah diri pasca Ramadan |
Meminta maaf tidak seharusnya menunggu momen lebaran. Setiap kali berbuat salah, kita harus segera bersegera memohon maaf dan memperbaiki diri. Dengan begitu, hubungan sesama manusia tetap terjaga, dan hati kita tetap bersih dari dosa yang membebani.
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْۤا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗوَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُۗوَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali 'Imran : 135)
Muhasabah bagi para suami, ingatlah betapa besar jasa seorang istri dalam kehidupan keluarga. Ia mengurus rumah tangga, memenuhi kebutuhan suami, serta mendidik dan merawat anak-anak dengan penuh kesabaran. Maka, tidak sepantasnya seorang suami bersikap egois atau merasa selalu paling benar. Hendaknya ia lebih banyak bersyukur, menghargai, dan memperbaiki diri demi keharmonisan rumah tangga.
وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)
Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup hendaknya dihadapi dengan sikap menerima. Jangan terlalu mudah mengeluh, karena keluh kesah hanya akan melemahkan hati dan menjauhkan kita dari rasa syukur.
Muhasabah bagi para istri, hendaklah melayani suami dengan baik, penuh kesabaran dan keikhlasan. Jangan mudah merasa jengkel, jangan pula membiasakan diri menggerutu. Terlebih lagi, hindarilah membantah perkataan suami atau menjawab ketus setiap kali ia berbicara. Kesantunan dan kelembutan adalah kunci menjaga keharmonisan rumah tangga.
اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِاللّٰهِ وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ فَاُولٰۤٮِٕكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَۗوَسَوْفَ يُـؤْتِ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا
“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (QS An-Nisa' : 146)
Salah satu tugas setan adalah menggoda manusia agar kembali kepada watak dan sifat buruk yang dulu biasa dilakukan sebelum Ramadan, padahal sifat itu sempat diperbaiki selama bulan suci. Setelah Ramadan berlalu, banyak yang terjerumus lagi dalam kebiasaan buruknya, tanpa melanjutkan usaha untuk memperbaiki diri.
Maka beruntunglah orang yang terus memperbaiki diri menuju kebaikan, sehingga termasuk ke dalam golongan mukmin yang sukses setelah Ramadan. Mari berusaha bersama-sama agar layak mendapat gelar takwa di sisi Allah.
Pengajian Ahad Pagi, 27 April 2025 di Gedung Dakwah Muhammadiyah Weru (Kalisige, Karakan, Weru) bersama Ustaz H. Ngatemin, M.Ag dari Semin, Gunungkidul.