MEDIA AN NUUR─Rumahku surgaku akan tercipta ketika rumah tangga didasari dengan ilmu. Tanpa ilmu maka yang terjadi sebaliknya, rumahku nerakaku. Maka marilah kita kelola rumah tangga dan keluarga dengan ilmu. Begitu pun dalam pendidikan anak, harus paham ilmunya.
Ada perintah dari Allah untuk anak agar berbakti kepada orang tua. Bukan malah sebaliknya, orang tua melayani anak sedemikian rupa sampai seperti pembantu bagi anak. Perlu kita tanamkan pada anak bahwa hal itu keliru, yang benar adalah anak berbakti pada orang tua. Kita contohkan dengan bakti kita pada kakek-neneknya.
وَوَصَّيْنَا الْاِ نْسٰنَ بِوَا لِدَيْهِ ۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِيْ عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِـوَا لِدَيْكَ ۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (QS. Luqman 31: Ayat 14)
Kajian parenting di Masjid Agung Baiturrahmah Sukoharjo |
Dalam mendidik anak, maka kita sebagai orang tua bertindak sebagai pemimpin yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Kata Nabi, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
Prinsip Memotivasi Anak dalam Islam
Peran orang tua sangat penting dalam memotivasi anak. Ada prinsip-prinsip yang harus kita pahami agar bisa menjadi dorongan bagi anak agar termotivasi untuk berbakti dan beramal kebaikan.
Kasih Sayang sebagai Landasan
Dalam memotivasi anak, hendaklah kita melandasi dengan kasih sayang. Lakukan dengan pendekatan yang penuh kasih sayang, anak-anak akan merasa nyaman, percaya, dan lebih mudah menerima nasihat serta arahan.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.” (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 159)
Dalam mendidik anak, ayat ini mengingatkan bahwa orang tua dan pendidik harus bersikap sabar, penuh pengertian, dan tidak menggunakan kekerasan. Jika anak-anak dididik dengan keras atau kasar, mereka cenderung merasa takut atau menjauh.
Memberi Teladan yang Baik
Memotivasi anak dengan teladan baik adalah cara efektif membentuk karakter, karena anak meniru apa yang mereka lihat. Orang tua harus menunjukkan nilai-nilai seperti kejujuran, kesabaran, dan tanggung jawab melalui tindakan, bukan hanya ucapan, agar anak lebih mudah menginternalisasinya.
لَقَدْ كَا نَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَا نَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَا لْيَوْمَ الْاٰ خِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 21)
Nabi Muhammad adalah teladan utama dalam mendidik generasi dengan kasih sayang dan keteladanan. Keteladanan ini akan membentuk karakter anak yang mulia dan berakhlak baik. Motivasi anak dengan kita jadikan diri sebagai contoh kebaikan.
Memberikan Apresiasi
Memberi apresiasi kepada anak atas usaha dan pencapaiannya mendorong rasa percaya diri dan motivasi mereka. Apresiasi sederhana, seperti pujian atau ucapan terima kasih, menunjukkan bahwa upaya mereka dihargai, sehingga anak merasa lebih dihormati dan termotivasi untuk terus berkembang.
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak dikatakan bersyukur kepada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih kepada manusia.” (HR. Abu Daud)
Motivasi dengan Doa
Memotivasi anak dengan doa menunjukkan cinta dan harapan orang tua untuk kebaikan mereka. Doa yang tulus memberi anak semangat, keyakinan, dan rasa bahwa mereka selalu didukung, baik oleh orang tua maupun oleh Allah. Seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS.
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (QS. Ibrahim 14: Ayat 40)
Metode Memotivasi Anak
Allah mengingatkan bahwa anak yang saleh akan melengkapi kebahagiaan keluarga di akhirat. Motivasi anak untuk berbuat baik dan taat kepada Allah, karena amal mereka akan mengangkat derajat keluarga, sehingga tercipta hubungan yang penuh kasih dan semangat bersama menuju kebaikan.
وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَا تَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِ يْمَا نٍ اَلْحَـقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ
“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga).” (QS. At-Tur 52: Ayat 21)
Ucapan Positif
Metode motivasi dengan ucapan positif membantu anak merasa dihargai dan percaya diri. Kata-kata seperti “kamu hebat” atau “terus berusaha, insyaallah berhasil” mendorong semangat mereka untuk berkembang dan menghadapi tantangan dengan optimisme.
Reward Sederhana
Memberi reward sederhana, seperti pujian atau hadiah kecil, dapat memotivasi anak untuk terus berusaha. Hal ini mengajarkan bahwa kerja keras dan usaha mereka dihargai, sehingga meningkatkan semangat dan rasa tanggung jawab.
Melibatkan Anak dalam Aktivitas Positif
Melibatkan anak dalam aktivitas positif akan memberikan mereka pengalaman berharga dan memperkuat ikatan emosional dengan orang tua. Misalnya, ajak anak salat berjemaah, menghafal Al-Qur'an, dan membantu pekerjaan orang tua di rumah.
Mendengarkan Anak dengan Penuh Perhatian
Mendengarkan anak dengan penuh perhatian menunjukkan bahwa pendapat dan perasaan mereka dihargai. Metode ini memperkuat komunikasi, membangun rasa percaya diri, dan membantu anak merasa lebih dihargai serta didukung dalam setiap langkah mereka.
Prinsip Menghukum Anak dalam Islam
Kita juga harus memahami prinsip dasar dalam memberikan hukuman pada anak dengan tujuan memperbaiki perilaku, namun harus dilakukan dengan bijak, agar mereka memahami dampak tindakan dan belajar memperbaiki diri tanpa merasa tertekan.
Hukuman sebagai Pendidikan, bukan Pelampiasan Emosi
Dalam Islam, hukuman untuk anak harus berfungsi sebagai pendidikan, bukan pelampiasan emosi. Tujuannya untuk mengajarkan anak tentang konsekuensi dari tindakan mereka, memperbaiki perilaku, dan mendidik dengan penuh kasih sayang, bukan dengan amarah.
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِى عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لاَ يُعْطِى عَلَى مَا سِوَاهُ (أخرجه مسلم)
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut yang mencintai kelembutan. Dan Allah memberi pada kelembutan apa yang tidak diberikan pada kekerasan, tidak pula diberikan kepada selainnya.” (HR Muslim)
Sesuai dengan Usia dan Tahapan Pemahaman Anak
Hukuman untuk anak harus disesuaikan dengan usia dan tahap pemahaman mereka, agar mereka dapat memahami konsekuensi dari perbuatan mereka dan belajar dengan cara yang sesuai dengan perkembangan emosional mereka.
عَلِّمُوا الصَّبِيَّ الصَّلَاةَ ابْنَ سَبْعِ سِنِينَ ، وَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا ابْنَ عَشْرٍ
“Ajarkan anak untuk salat di usia tujuh tahun, dan hukumlah jika meninggalkan salat di usia sepuluh tahun.” (HR. Tirmidzi)
Dilakukan dengan Kasih Sayang, bukan Kekerasan
Hukuman untuk anak harus dilakukan dengan kasih sayang, bukan kekerasan, agar mereka memahami kesalahan tanpa merasa tertekan, dan tetap merasa dicintai serta dihargai.
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِى عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لاَ يُعْطِى عَلَى مَا سِوَاهُ (أخرجه مسلم)
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut yang mencintai kelembutan. Dan Allah memberi pada kelembutan apa yang tidak diberikan pada kekerasan, tidak pula diberikan kepada selainnya.” (HR Muslim)
Membuat Anak Semakin Baik
Hukuman untuk anak harus bertujuan memperbaiki perilaku, sehingga membantu mereka menjadi pribadi yang lebih baik tanpa merusak rasa percaya diri. Karena tidak bertujuan buruk maka dilakukan dengan cara yang baik.
Contoh Hukuman yang Tarbawi
Hukuman tarbawi adalah pendekatan dalam mendisiplinkan anak yang berfokus pada pendidikan dan perbaikan, bukan sekadar pemberian hukuman, yang bertujuan agar anak memahami kesalahan yang dilakukan serta belajar untuk memperbaiki diri.
Memberi Penjelasan
Kepada anak perlu untuk diberi penjelasan apa yang salah dan mengapa itu tidak baik. Buat aturan dan tata tertib yang harus dilaksanakan. Jangan sampai anak dihukum tanpa tahu apa kesalahannya.
Mengurangi Hak Istimewa
Contoh hukuman yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi hak yang biasa didapatkan. Misalnya mengurangi waktu bermain, hanya boleh jajan sekian rupiah, dan sebagainya.
Memberikan Tugas Tambahan yang Bermakna
Orang tua juga bisa memberi hukuman dengan tugas membantu pekerjaan rumah, misalnya menyapu halaman. Kita juga bisa memberi hukuman dengan membaca doa tertentu.
Menggunakan Penegasan Non-Verbal
Hukuman bisa dilakukan dengan menunjukkan ketidaksenangan melalui sikap, misalnya mendiamkan sementara waktu. Cara ini akan melatih anak untuk lebih peka dengan kesalahannya.
Seni Menyeimbangkan Motivasi dan Hukuman
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِا لْحِكْمَةِ وَا لْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَا دِلْهُمْ بِا لَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ ۗ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 125)
Hendaknya kita memberikan lebih banyak motivasi daripada hukuman. Motivasi lebih bisa membangun kepercayaan diri anak. Berikan pemahaman bersama, pastikan anak mengerti mengapa ia dihukum. Lakukan dengan konsisten, karena anak belajar dari konsistensi orang tua menyikapi kesalahan yang sama.
Kesimpulan
Sesungguhnya semua ini berkaitan tanggung jawab orang tua untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Dalam konteks motivasi dan hukuman anak, Allah mengingatkan pentingnya mendidik mereka dengan nasihat, keteladanan, dan hukuman mendidik agar tumbuh menjadi pribadi yang taat dan berakhlak mulia.
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)
Pendidikan anak adalah seni menyentuh hati dan membentuk karakter. Islam menyeimbangkan antara kasih sayang, motivasi, dan hukuman. Jadikan Rasulullah sebagai teladan dalam pendidikan anak. Beliau diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Kajian Parenting (SDIT Mutiara Insan Sukoharjo) di Masjid Agung Baiturrahmah Sukoharjo, pada Sabtu, 4 Januari 2025 bersama Ustaz Dr. Umarulfaruq Abubakar, Lc., M.H.I., Pengasuh PPTQ Ibnu Abbas Klaten, Ketua Forum Ma'ahid dan Madaris Qur'an Indonesia (Formaqin)