NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Iman kepada Takdir Meliputi Al Ilmu, Al Kitabah, Al Masyi’ah, dan Al Khalqu

MEDIA AN NUUR─Kamis, 25 Mei 2023. Pengajian rutin malam Jumat warga Sidowayah RT 01 RW 06 bertempat di rumah Bapak Agung-Ibu Rini Susilowati. Pertemuan diawali dengan membaca kitab suci bersama-sama dipimpin Pak Ibnu Ka’ab, melanjutkan Surat Asy Syura (42) ayat 10 sampai 19.

Iman kepada takdir
Ustaz Fauzan mengkaji iman kepada takdir

Kajian disampaikan oleh Ustaz Fauzan. Tema yang diambil dalam tausiah kali ini adalah iman kepada takdir. Takdir itu ada yang baik menurut kita dan ada yang kita anggap tidak menyenangkan. Padahal itu semua adalah kehendak Allah.

4 Perkara Tingkatan Iman kepada Takdir Allah

Ada 4 perkara yang harus dipahami terkait iman kepada takdir Allah. Yakni al ilmu, al kitabah, al masyi’ah, dan al khalqu. Yuk kita simak penjelasannya.

1. Al Ilmu (pengetahuan): Mengimani ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu

Ilmi Allah meliputi semua perkara baik secara rinci, detail, dan umum. Seseorang harus beriman bahwa amal perbuatannya telah diketahui Allah sebelum dia melakukannya. Allah juga tahu kadar musim kemarau dan musim hujan. Tahu tentang panjang pendeknya usia kita. Dan sebagainya.

قَا لَ عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْ فِيْ كِتٰبٍ ۚ لَا يَضِلُّ رَبِّيْ وَلَا يَنْسَى 

Dia (Musa) menjawab, “Pengetahuan tentang itu ada pada Tuhanku, di dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuz), Tuhanku tidak akan salah ataupun lupa.” (QS. Ta-Ha 20: Ayat 52)

وَعِنْدَهٗ مَفَا تِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَاۤ اِلَّا هُوَ ۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ ۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَ رْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَا بِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An'am 6: Ayat 59)

2. Al Kitabah (penulisan): Mengimani bahwa Allah telah menulis takdir di Lauhul Mahfuzh.

Segala sesuatu sudah Allah kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata yang disebut Lauh Mahfuzh. Rasulullah mengabarkan bahwa Allah telah menulis semua takdir makhluknya 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.

اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ ۗ اِنَّ ذٰلِكَ فِيْ كِتٰبٍ ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ

Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj 22: Ayat 70)

3. Al Masyi’ah (kehendak): Mengimani bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah karena kehendak-Nya.

Kita wajib mengimani bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti akan terjadi, dan yang tidak Dia kehendaki tidak akan pernah terjadi. Semua terjadi karena kehendak Allah Ta’ala. Apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “jadilah!” maka terjadilah.

وَمَا تَشَآءُوْنَ اِلَّاۤ اَنْ يَّشَآءَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. At-Takwir 81: Ayat 29)

4. Al Khalqu (penciptaan): Mengimani bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu.

Allah adalah Pencipta satu-satunya dan selain-Nya adalah makhluk yang diciptakan dari ketiadaan. Termasuk perbuatan manusia, merupakan ciptaan Allah Ta’ala. Kita harus percaya bahwa Allah menciptakan kita serta apa yang kita kerjakan.

وَا للّٰهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ

Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. As-Saffat 37: Ayat 96)

Dalam beriman pada takdir, seorang muslim harus berusaha untuk kebaikan dunia dengan bekerja dan berusaha mencari nafkah. Tidak hanya diam berpangku tangan dengan alasan takdir sudah ditentukan Allah.

Pengajian RT
Warga menyimak tausiah

Pada kenyataan selanjutnya, jika ternyata hasil usahanya sukses, maka dia bersyukur kepada Allah. Dan ketika ternyata gagal, maka dia meyakini bahwa itu merupakan kehendak Allah. Meyakini apa yang menimpa sudah ditakdirkan oleh Allah. Harus berbaik sangka kepada Allah, bahwa itu adalah yang takdir terbaik baginya.

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822