NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Muhammad Rijal Dzaki: Al-Qur’an Itu yang Penting Dibaca dan Ditelateni

MEDIA AN NUUR─Iktikaf menjadi amalan utama di 10 malam terakhir bulan Ramadan. Ponpes Qoryatul Qur’an membagi santri untuk program iktikaf di beberapa masjid, salah satunya di Masjid An Nuur Sidowayah. Satu di antaranya adalah Muhammad Rijal Dzaki, santri kelas 3 MA. Kenalan, yuk!

Santri yang biasa dipanggil dengan nama Rijal Dzaki ini adalah anak pertama dari pasangan Pak Sularno dan Bu Sri Mulyani. Alamat tempat tinggalnya bersama orang tua adalah di Mojosari RT 01 RW 05 Watangsono, Jatisrono, Wonogiri.

Muhammad Rijal Dzaki
Muhammad Rijal Dzaki

Rijal Dzaki sebelum belajar di Ponpes Qoryatul Qur’an, telah menyelesaikan sekolah di SD Negeri 1 Watangsono dan SMP Islam Rumpun Muslim Jatisrono. Atas dukungan orang tua dan keinginannya mencari pengalaman dan wawasan akhirnya ia pun mondok ke Weru, Sukoharjo.

Santri yang bercita-cita menjadi pengajar (guru) ini mengakui selama mondok berkendala adanya kesulitan menghafal Al-Qur’an dan berbicara menggunakan bahasa arab sesuai kaidahnya.

Namun, sebagai konsekuensi pilihannya belajar di pondok pesantren, ia tak mudah putus asa. Menebalkan semangat itu, Rijal Dzaki selalu memotivasi diri dengan motto, “Apapun yang kamu lakukan, lakukan sebaik mungkin.”

Sebenarnya manusiawi juga ketika di Ponpes Qoryatul Qur’an ia terkadang merasa sebal dan kesal. Meski begitu, tetap banyak hal yang membuatnya bisa betah berada di pondok yang lebih asyik dan menyenangkan.

“Dengan belajar di pondok pesantren, kita bisa menjadi pribadi yang baik daripada sebelumnya,” ungkap Rijal Dzaki. Salah satu yang menempanya, di sana diajari public speaking atau berbicara di depan umum, yang merupakan sebuah kemampuan penting dalam berdakwah.

Santri yang menggemari berenang dan suka bersih-bersih ini, memberikan motivasi pada anak-anak yang mau mondok. Katanya, “Jangan takut mencoba hal yang baru. Terkadang kita berpikir itu sulit, akan tetapi coba lakukanlah dan tetap semangat di dalamnya.”

Saat ditanya tentang jumlah hafalan, Rijal Dzaki enggan menjawab. “Baru sedikit,” ungkapnya merendah. Dan terkait kiat menghafal kitab suci, ia hanya mengatakan singkat, “Sing penting diwaca lan ditelateni (Yang penting dibaca dan ditelateni).”

Santri satu ini berkeinginan melanjutkan belajar ke Ma'had Aly Baitul Hikmah, Sukoharjo, seusai lulus dari tingkat MA Ponpes Qoryatul Qur’an. Semoga kelak Rijal Dzaki berhasil mengejar cita menjadi pengajar. Bukankah sebaik-baik di antara kita adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya? Semoga menginspirasi.

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822